Badan Pengungsi Palestina UNRWA Tolak Perintah Israel agar Mereka Pergi dari Rafah, Gaza Selatan
Kompas dunia | 6 Mei 2024, 20:35 WIBRAFAH, KOMPAS TV - Badan PBB yang melayani pengungsi Palestina UNRWA hari Senin (6/5/2024) menegaskan mereka tidak akan mematuhi perintah militer Israel untuk evakuasi atau pergi dari sebagian kota Gaza selatan, Rafah.
Juliette Touma, direktur komunikasi UNRWA, mengatakan badan PBB tersebut tidak melakukan evakuasi dari wilayah Rafah dan tidak punya rencana untuk pergi dari wilayah tersebut. Ia menyatakan UNRWA memiliki ribuan karyawan di kota Rafah.
"UNRWA tidak akan ikut serta dalam evakuasi paksa penduduk di Rafah atau di tempat lain di Gaza," kata Juliette Touma, direktur komunikasi UNRWA, "Kami berkomitmen untuk tinggal dan memberikan bantuan kemanusiaan." Selanjutnya, Touma mewakili UNRWA menuntut gencatan senjata.
Hubungan antara Israel dan UNRWA telah lama tegang dan semakin memburuk selama tujuh bulan perang. Israel menuduh UNRWA berkolaborasi dengan kelompok Hamas dan menuntut penutupan badan PBB tersebut.
UNRWA, penyedia bantuan dan layanan internasional terbesar di Gaza, membantah tuduhan Israel.
Militer Israel memerintahkan puluhan ribu orang di kota Gaza selatan, Rafah, untuk mulai melakukan evakuasi, menandakan serbuan darat yang telah lama dijanjikan segera terjadi.
Pernyataan pada hari Senin tersebut membuat makin rumit dan runyam upaya terakhir mediator internasional untuk merundingkan gencatan senjata. Hamas dan Qatar, mediator kunci, memperingatkan invasi Rafah bisa menggagalkan pembicaraan.
Baca Juga: Siap Serang Jalur Darat, Militer Israel Perintahkan 100.000 Penduduk Palestina di Rafah Mengungsi
Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng Hamas terakhir setelah tujuh bulan perang, dan pemimpinnya berkali-kali mengatakan mereka perlu melakukan invasi darat untuk mengalahkan kelompok perlawanan Hamas.
Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer, mengatakan sekitar 100.000 orang pengungsi Gaza di Rafah diperintahkan untuk pindah ke zona yang dideklarasikan oleh Israel bernama Muwasi.
Shoshani mengatakan Israel sedang mempersiapkan "operasi dengan cakupan terbatas" dan tidak mau mengatakan apakah ini adalah awal dari invasi yang lebih luas ke kota tersebut.
Lembaga bantuan internasional Norwegian Refugee Council mengutuk perintah evakuasi "paksa, melanggar hukum" dari tentara Israel di Rafah, dengan mengatakan hal tersebut bisa mengarah pada "fase paling mematikan dari konflik ini."
Jan Egeland, sekretaris jenderal organisasi nirlaba internasional tersebut, mengatakan bahwa tidak ada cukup sumber daya di zona kemanusiaan Muwasi yang dideklarasikan oleh Israel, di mana tentara menginstruksikan sekitar 100.000 orang di Rafah untuk pindah pada hari Senin.
"Kawasan tersebut sudah terlalu padat dan kekurangan layanan penting," ujar Egeland.
Dia mengatakan bahwa organisasinya dan kelompok kemanusiaan internasional lainnya kesulitan untuk memberikan dukungan penting bagi warga Palestina di Gaza. Lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza saat ini berada di Rafah, sementara pemerintah Israel bersumpah untuk melanjutkan operasi militer di kota paling selatan Gaza.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press