Terungkap, Ini Alasan Israel akan Balas Serangan Iran meski Dilarang AS dan Sekutunya
Kompas dunia | 18 April 2024, 20:41 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dilaporkan akan membalas serangan Iran terhadap Israel yang dilakukan Sabtu (13/4/2024) malam lalu.
Langkah yang diambil Netanyahu ini bertolak belakang dari saran Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, dan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock yang meminta Tel Aviv untuk menahan diri.
Pertemuan kedua menteri luar negeri itu dengan Netanyahu berlangsung di Kantor Perdana Menteri Israel di Yerusalem pada Rabu (17/4/2024).
Dilansir dari laman Pemerintah Israel, Netanyahu menolak saran Jerman dan Inggris untuk menahan diri dengan alasan Israel berhak mempertahankan diri dari serangan Iran.
"Kami akan membuat keputusan sendiri mengenai tanggapan terhadap serangan Iran. Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk mempertahankan diri," kata Netanyahu.
Alasan ini sebelumnya sempat juga diungkapkan Netanyahu saat Israel menghadapi Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan oleh gerakan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023 lalu.
Meski begitu, ada alasan lain pula yang mendasari rencana Israel untuk membalas serangan yang dilakukan oleh Iran.
Israel Ingin Unjuk Kekuatan
Menurut media AS, AP News, mereka memperkirakan bahwa Israel tidak mungkin menyerang Iran secara langsung setidaknya tanpa dukungan dari sekutu utamanya, AS.
Masih belum diketahui apakah Israel bakal menyerang Iran secara langsung atau melalui metode rahasia dengan menargetkan komandan senior Iran atau kelompok militan yang didukung Iran di negara lain.
Joe Biden sudah menegaskan bahwa AS tidak akan terlibat secara langsung dalam serangan Israel terhadap Iran.
Meski begitu, AS diyakini akan tetap membantu dengan memasok senjata dan melindungi Israel dari ancaman serangan lainnya.
Sementara itu, Kabinet Perang Israel telah menggelar rapat untuk menentukan rencana pembalasan terhadap Iran.
Baca Juga: Iran Pamerkan Drone hingga Rudal Balistik di Tengah Konflik dengan Israel
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari mengatakan, Israel akan mengerahkan berbagai kemampuan militer dan mengerahkan sekutu untuk membalas Iran.
Sebelumnya, Komandan Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Kayumarth Heydari mengejek Israel memiliki pertahanan yang lemah jika tanpa sekutunya yang membantu menembak rudal dan drone Iran.
Meski tidak diungkapkan secara langsung, rencana Israel untuk membalas serangan Iran menunjukkan komitmen mereka untuk unjuk kekuatan militer yang dimilikinya guna menghadapi Iran.
Seperti diketahui, Iran meluncurkan serangan balasan dengan lebih dari 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik dari wilayahnya, melintasi Yordania menuju Israel pada Sabtu (13/4/2024).
Media pemerintah Iran, IRNA mengatakan, serangan terhadap Israel itu menargetkan situs militer, termasuk pangkalan udara Nevatim.
Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Yordania ikut melindungi Israel dengan mengerahkan jet tempur dan sistem pertahanan untuk melumpukan rudal Iran di udara sebelum jatuh ke Israel.
Serangan tersebut merupakan balasan atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024) yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi.
Hubungan Israel dan Iran memang buruk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.
Revolusi tersebut menumbangkan kekuasaan Syah (Raja) Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS) dan mitra Israel.
Setelah Iran menerapkan kebijakan anti-Israel, Israel menuduh Iran mendanai front perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, Houthi di Yaman, kelompok perlawanan Irak, Lebanon, dan Suriah untuk melawan Israel, yang dengan tegas mereka bantah.
Ketegangan Iran dan Israel semakin memanas setelah terjadi perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Hingga Rabu (17/4/2024), jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.899 jiwa.
Lalu sebanyak 76.664 lainnya mengalami luka-luka dengan puluhan ribu bangunan yang hancur akibat serangan Israel.
Baca Juga: Putin Dukung Iran Hukum Israel, tapi Juga Peringatkan Jangan Ada Konfrontasi Baru
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya
Sumber : AP News/Al Jazeera/Times of Israel