Rakyat Palestina di Gaza Merasa Tewasnya 6 Pekerja Asing Lebih Penting dari Pembantaian Warganya
Kompas dunia | 7 April 2024, 14:30 WIBGAZA, KOMPAS.TV - Rakyat Palestina di Gaza merasa tewasnya 6 pekerja asing di wilayah tersebut lebih penting bagi Barat ketimbang pembantaian 30.000 warganya.
Tujuh pekerja Pusat Dapur Dunia (WKC), dengan enam di antaranya pekerja asing terbunuh dalam serangan yang dilakukan Israel, Senin (1/4/2024).
Salah satu korban merupakan berkewarganegaraan ganda, Amerika Serikat (AS)-Kanada.
Baca Juga: Janji Komandan Militer Iran Balas Serangan Israel, Bakal Berikan Kerusakan Maksimal ke Zionis
Serangan itu, akhirnya membuat AS menekan Israel untuk membuka lebih banyak area untuk membiarkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Tapi hal itu membuat warga Palestina di Gaza, merasa enam pekerja asing itu lebih penting dari sekitar 32.000 warga Gaza yang dibantai Israel.
“Sepertinya hidup dari orang asing lebih berharga sehingga kita akhirnya mendengar kemarahan darinya (Presiden AS Joe Bide), dan kepentingannya sehingga meningkatkan jumlah bantuan yang masuk Gaza,” kata Ahmad Zidan, 30 tahun, dikutip dari The National.
Israel memutuskan membuka jalan masuk ke Gaza dari pelabuhan Ashdod dan penyeberangan Erez, yang juga dikenal sebagai Bait Hanoun.
Pengiriman bantuan kemanusiaan dari Yordania juga terus meningkat.
Pembukaan area tersebut dilakukan beberapa jam setelah Biden melakukan hubungan telepon dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
Pada pembicaraannya, Biden mengeluhkan tindakan Israel dalam perang, dan menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan.
Berdasarkan Basis Data Keamanan Pekerja Bantuan, sudah 203 pekerja kemanusiaan yang terbunuh di Gaza sejak perang dimulai pada Oktober.
Kebanyakan pekerja kemanusiaan yang tewas adalah warga Palestina.
Zidan yang tinggal di Jabalia pun mengungkapkan harapannya dengan meningkatnya bantuan, maka akan membantu rakyat Palestina membangun kehidupannya di Gaza.
Baca Juga: 100.000 Orang Berdemonstrasi Tekan Pemerintahan Israel, Desak Negosiasi Pembebasan Sandera di Gaza
“Kami harap mereka membuka perbatasan dan mengorganisir distribusi bantuan, karena kami sudah kehilangan nyawa banyak odari orang-orang yang mendekati truk bantuan dan yang menunggu penjatuhan bantuan dari udara,” tuturnya.
Mona Al-Saeed, 45 tahun, juga mengungkapkan sentimen yang sama dengan Zidan, yang mengatakan kehidupamn warga Gaza lebih tak berarti ketimbang warga asing.
“Orang harus mengerti, bahwa kami mencari kehidupan penuh kehormatan, bukan hanya meningkatnya bantuan,” tuturnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : The National