Israel Akui Menembak Mati Lebih 100 Warga Gaza di Konvoi Bantuan, Berkilah Membela Diri
Kompas dunia | 2 Maret 2024, 20:38 WIBPerang Israel telah mendorong 85% populasi Gaza mengalami pengungsi internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di enklave tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional. Keputusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosidal dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bantuan kemanusiaan disediakan kepada warga sipil di Gaza.
Dalam pembantaian oleh Israel pada hari Kamis, ratusan orang berebut untuk mendapatkan bantuan dari konvoi sekitar 30 truk yang membawa kiriman kemanusiaan menuju utara sebelum fajar menyingsing.
Menurut cerita warga Palestina, tentara Israel di sekitarnya menembaki kerumunan tersebut. Namun, Israel bersikeras mereka hanya melepaskan tembakan peringatan dan menyatakan banyak yang tewas karena terinjak-injak dalam kepanikan.
Dokter di rumah sakit Gaza dan tim PBB yang mengunjungi salah satu rumah sakit di sana mengkonfirmasi bahwa banyak orang yang terluka adalah akibat dari tembakan tersebut.
Baca Juga: Hamas Ungkap 7 Sandera Israel Terbunuh di Gaza, Sebut Pengeboman oleh Tentara Zionis Penyebabnya
Ahmed Abdel Karim, yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Kamal Adwan karena luka tembak di kakinya, menceritakan bahwa ia telah menanti di daerah tersebut selama dua hari menunggu truk bantuan sebelum konvoi Kamis datang.
"Semua orang mendekati truk-truk itu. Karena jumlah yang banyak, saya tidak bisa mendapatkan tepung," ujarnya. Ia pun menjadi korban tembakan dari pasukan Israel.
Radwan Abdel-Hai, seorang ayah dengan empat anak kecil, Rabu malam mendengar kabar bahwa konvoi bantuan sedang dalam perjalanan. Ia dan lima orang lainnya menggunakan kereta keledai untuk menyambutnya dan menemukan "lautan orang" yang menunggu bantuan.
Ketika konvoi tiba, orang-orang berbondong-bondong menuju truk untuk mengambil sebanyak mungkin makanan dan air. "Tank mulai menembak kami," kata Abdel-Hai.
"Saat saya berlari, saya mendengar suara tembakan dan meriam tank. Orang-orang berteriak. Saya melihat orang-orang jatuh ke tanah, beberapa tidak bergerak."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu