Anggota Yakuza Jepang Terlibat Penjualan Bahan Nuklir dari Myanmar, Terancam Penjara Seumur Hidup
Kompas dunia | 22 Februari 2024, 14:03 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Anggota Yakuza Jepang didakwa terlibat penjualan bahan nuklir yang berasal dari Myanmar.
Kejaksaan Amerika Serikat (AS) mendakwa Takeshi Ebisawa, 60 tahun, yang disebut mencoba menjual uranium dan plutonium.
Sang Yakuza dilaporkan mengira material nuklir yang dijualnya itu akan dilego ke Iran.
Baca Juga: Rusia Tangkap Warganya yang Sumbang Rp798 Ribu ke Yayasan Ukraina, Dianggap Pengkhianat
Ebisawa dan rekannya yang berasal dari Thailand sebelumnya didakwa karena perdagangan dan obat-obatan pada April 2022.
Ebisawa terancam hukuman seumur hidup jika terbukti bersalah atas dakwaan penjualan uranium dan plutonium.
Dilansir dari BBC, Kamis (22/2/2024), otoritas AS mengatakan Ebisawa, yang ditahan di penjara Brooklyn, merupakan sosok senior di sindikat Yakuza, yang beroperasi di Sri Lanka, Myanmar, Thailand dan AS.
Departemen Kehakiman AS mengatakan Ebisawa dan rekannya menunjukkan sample material nuklir di Thailand kepada agen yang menyamar dan Badan Penindakan Narkoba AS (DEA).
Agen tersebut menyamar sebagai penjual senjata dan onat-obatan yang terkait dengan jenderal Iran.
Sampel nuklir, yang berasal dari Myanmar, disita oleh otoritas Thailand dan dikirimkan ke penyelidik AS.
Laboratorium AS mengonfirmasikan bahwa bahan-bahan itu termasuk uranium dan plutoniun untuk senjata.
Jaksa juga menuduh bahwa Ebisawa berusaha memperoleh senjata tingkat militer dalam jumlah besar atas nama kelompok pemberontak yang tak disebutkan namanya di Myanmar.
Senjata-senjata tersebut termasuk rudal permukaan ke udara, senapan serbu, senapan penembak jitu, senapan mesin, roket berbagai kaliber dan berbagai perlengkapan taktis.
Baca Juga: Viral Anggota Kongres AS Dukung Pembantaian Warga Palestina di Gaza, Picu Kemarahan Publik
“Sungguh mengerikan membayangkan konsekuensi jika upaya ini berhasil, dan departemen kehakiman akan meminta pertanggungjawaban mereka yang memperdagangkan materi ini, dan mengancam stabilitas kenamanan nasional AS dan internasional,” kata Asisten Jaksa Agung Matthew G Olden, Rabu (21/2/2024).
Pada Februari 2020, Ebisawa diduga menghubungi agen DEA tentang penjualan bahan nuklir.
Menurut jaksa AS, ia menjelaskan melalui komunikasi terenskripsi bahwa uranium tidak baik untuk kesehatan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : BBC