Genosida, Edusida, Ekosida, Domisida, Urbisida: Berbagai Wajah Penghancuran oleh Israel di Gaza
Kompas dunia | 9 Februari 2024, 07:05 WIBISTANBUL, KOMPAS.TV - Israel menghantam Gaza dengan penghancuran besar-besaran sektor budaya, pendidikan, infrastruktur, dan lingkungan sejak 7 Oktober 2023, dengan serangan yang sengaja meratakan hunian, tempat ibadah, sekolah, universitas, yang berpotensi menjadi kejahatan perang.
Tindakan tersebut banyak digambarkan sebagai tindak edusida, ekosida, domisida, dan urbisida. Walau belum punya definisi resmi dalam hukum internasional, namun dapat dianggap sebagai kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau genosida.
Situasi saat ini di Gaza, puluhan ribu warga sipil mati dibunuh Israel dan seluruh wilayah hancur, menciptakan salah satu periode paling gelap dan mematikan dalam sejarah kawasan ini.
Berbatasan dengan Laut Mediterania di satu ujung dan Mesir serta Israel di ujung lain, sebagian besar wilayah Jalur Gaza kini hancur sejak 7 Oktober tahun lalu akibat serangan udara dan pengeboman oleh Israel.
Kematian dan keputusasaan melanda seluruh wilayah Gaza, hampir 28.000 nyawa dibunuh oleh tangan Israel, dan itu belum menghitung jasad warga sipil Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, yang saat ini masih tertimbun reruntuhan bangunan dan belum bisa dimakamkan dengan layak. Sementara itu, 85% dari populasi 2,2 juta jiwa dipaksa mengungsi.
Baca Juga: Respons Hamas Usai Netanyahu Tolak Gencatan Senjata: Kami Siap Hadapi Semua Opsi
Masyarakat terpaksa bertahan dengan pakan hewan dan air tercemar karena Israel memutus pasokan kebutuhan pokok ke enklave yang terkepung sejak awal konflik, yang kini memasuki bulan kelima.
Para ahli dan organisasi hak asasi manusia (HAM) menegaskan berbagai bentuk penghancuran setara dengan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, tengah berlangsung di wilayah tersebut.
Serangan mematikan Israel di Gaza disebut sebagai genosida oleh ahli PBB, sarjana, aktivis, dan politisi. Bulan lalu, Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan sementara dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel, menyatakan adanya risiko genosida yang masuk akal terjadi di Gaza.
Berdasarkan Konvensi Genosida PBB tahun 1948, genosida mencakup tindakan yang dilakukan dengan niat menghancurkan sebagian atau seluruh kelompok nasional, etnis, ras, atau agama, termasuk membunuh anggota kelompok, menyebabkan cedera fisik atau mental serius, menciptakan kondisi kehidupan yang mengakibatkan kehancuran fisik sebagian atau seluruhnya, memberlakukan tindakan untuk mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut, atau mengusir paksa anak-anak kelompok tersebut.
Inilah berbagai penghancuran yang dilakukan Israel di Gaza selain pembunuhan massal warga sipil yang bertujuan untuk menghabisi kelompok warga Arab Palestina dari seluruh Gaza, atau Genosida.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Menolak Syarat Gencatan Senjata Hamas, Bersumpah Tempur Hingga Menang Mutlak
Edusida: Perusakan Pendidikan
Serangan mematikan Israel telah merusak lembaga-lembaga pendidikan masyarakat Palestina di Gaza, termasuk membunuh guru, dosen, peneliti, sekaligus murid-murid mereka di segala tingkatan pendidikan.
Rula Alousi, seorang akademisi di Inggris, mendefinisikan "edusida" sebagai genosida terhadap pendidikan. Istilah edusida pertama kali digunakan oleh Pluto Press pada November 2009, merujuk pada "pembunuhan sistematis para akademisi Irak dan elit intelektual" sejak invasi AS ke negara tersebut pada 2003.
Dari korban tewas di Gaza, sekitar 4.895 adalah siswa, sementara 8.514 terluka oleh pasukan Israel sejak 7 Oktober, menurut laporan media yang mengutip Kementerian Pendidikan Palestina.
Sebanyak 89 siswa ditangkap, lebih dari 230 guru tewas, dan lebih dari 830 terluka. Wafa, kantor berita Palestina, melaporkan bahwa 620.000 siswa "terhenti pendaftarannya" sejak 7 Oktober.
Setidaknya 286 sekolah pemerintah dihancurkan, dan 65 sekolah UNRWA rusak atau dibom oleh Israel. Dua belas institusi pendidikan tinggi di Gaza rusak atau hancur.
Baca Juga: Netanyahu Mulai Tak Dipercaya Sekutunya, Hillary Clinton: Ia Harus Segera Didepak!
Domisida: Penghancuran Hunian Warga Sipil
Perang di Gaza menyoroti kerusakan besar pada perumahan dan infrastruktur oleh Israel, yang menjatuhkan 40.000 ton bahan peledak sejak 7 Oktober.
Sebanyak 69.700 unit hunian hancur total dan 187.300 unit mengalami kerusakan sebagian, menurut Euro-Med Monitor.
Fasilitas yang dihantam Israel termasuk 320 sekolah, 1.671 fasilitas industri, 183 fasilitas kesehatan (23 rumah sakit, 59 klinik, dan 92 ambulans), 239 masjid, tiga gereja, dan 170 kantor pers.
Balakrishnan Rajagopal, rapporteur khusus PBB tentang hak atas perumahan, mengatakan selama tiga bulan konflik, "sekitar 60-70% struktur di Gaza, dan hingga 84% di sebagian utara Gaza, mengalami kerusakan atau hancur."
Urbisida: Penghancuran Pusat Kota
Urbisida merujuk pada penghancuran atau perusakan pusat kota, termasuk infrastruktur, area komersial, dan situs budaya. Di Gaza, pengeboman oleh Israel sengaja ditargetkan untuk membuat kerusakan total pada pusat-pusat kota, distrik komersial, pusat transportasi, dan infrastruktur perkotaan lainnya.
Bartov, seorang profesor dari Brown University, menjelaskan kepada Anadolu bahwa istilah terkait lain yang digunakan adalah "urbisida" yang artinya menghancurkan pusat-pusat perkotaan di Gaza. Namun, sebagian besar wilayah tersebut merupakan satu pusat perkotaan besar, dan sekitar 50-60%, paling tidak di bagian utara Gaza, telah mengalami penghancuran.
Baca Juga: Putin Manfaatkan Kedekatan dengan Hamas demi Bebaskan Sandera Israel: Ada Hasil yang Spesifik
Ekosida: Perusakan Lingkungan
Ekosida melibatkan perusakan luas dan disengaja terhadap ekosistem, sumber daya alam, dan lingkungan, yang menyebabkan kerusakan ekologi jangka panjang dan bahaya terhadap keanekaragaman hayati.
Di Gaza, ekosida bisa terjadi melalui penargetan atau kontaminasi sumber air, perusakan lahan pertanian, deforestasi, polusi dari amunisi, dan degradasi lingkungan lainnya, mengakibatkan krisis kemanusiaan dan bahaya kesehatan jangka panjang.
Penghancuran Identitas Budaya
Serangan Israel di Gaza merusak warisan budaya dan identitas rakyat Palestina. Menurut laporan Jaringan Pustakawan dan Ahli Arsip Gaza tentang kerusakan "Arsip, Perpustakaan, dan Museum di Gaza," penghancuran ini tidak hanya mencuri sejarah mereka, tapi juga melanggar kedaulatan.
Al Jazeera melaporkan hampir 200 situs bersejarah di Gaza mengalami "penghancuran atau kerusakan dalam serangan udara Israel selama 100 hari terakhir," termasuk perpustakaan, museum, masjid, dan gereja.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu