Pasukan Filipina Bentrok dan Tewaskan 9 Terduga Anggota ISIS di Filipina Selatan
Kompas dunia | 27 Januari 2024, 21:42 WIBMANILA, KOMPAS.TV - Pasukan Filipina mengumumkan mereka menembak mati sembilan terduga anggota ISIS di wilayah Filipina selatan, termasuk dua tersangka kunci dalam serangan bom bulan lalu yang menewaskan empat orang yang sedang beribadah di gereja. Hal ini diungkapkan militer Filipina, Sabtu (27/1/2024).
Empat prajurit pasukan elite Filipina luka ringan dalam operasi pada hari Kamis (25/1) melawan Dawlah Islamiyah, kelompok kecil yang terkait dengan kelompok ISIS, di desa pedalaman Taporug dekat Kota Piagapo di Provinsi Lanao del Sur, kata juru bicara militer Kolonel Louie Dema-ala.
Pasukan militer bentrok dengan sekitar 15 orang dalam serangkaian baku tembak mulai dari hari Kamis hingga Jumat setelah beberapa warga melaporkan keberadaan mereka kepada militer, tambah Dema-ala. Ia menyatakan mereka yang selamat berhasil melarikan diri dan kini sedang dikejar.
Mayor Jenderal Gabriel Viray III, seorang komandan divisi infanteri militer, mengatakan bahwa mereka mundur dari baku tembakan sengit hingga terjebak di sebuah rumah pedesaan, di mana mereka mencoba melawan sebelum akhirnya tumbang.
"Kami mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan bekerja sama dengan tentara serta otoritas pemerintah saat kita bersama-sama berupaya menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok teroris lokal," demikian bunyi pernyataan militer.
Delapan dari sembilan jenazah telah diidentifikasi, termasuk Saumay Saiden dan Abdul Hadi, yang merupakan tersangka serangan bom pada 3 Desember yang menewaskan empat orang di gereja dan melukai puluhan lainnya selama Misa Minggu di sebuah gimnasium universitas negeri di Kota Marawi bagian selatan, tambahnya.
Dikatakan bahwa Hadi merakit bom tersebut, yang menurut penyelidik polisi terdiri dari granat mortir 60 mm dan granat senapan, kata Dema-ala kepada wartawan.
Baca Juga: Lelaki di Filipina Digigit Ular Piton, Putuskan Melawan dan Gigit Balik, Ular Piton Kalah dan Mati
Sebuah video pasca-pertempuran, yang ditunjukkan oleh seorang pejabat intelijen pemerintah kepada Associated Press, menampilkan sembilan jenazah tergeletak berdampingan di dekat gugusan pondok pedesaan yang dikelilingi pohon pisang, sementara perwira militer memeriksa masing-masing jenazah.
Kepala staf militer Jenderal Romeo Brawner menyatakan, "Operasi ini menetapkan preseden yang jelas: Angkatan Bersenjata Filipina tidak akan menoleransi mereka yang membahayakan nyawa dan kesejahteraan rakyat kita."
"Sedikit yang tersisa akan menghadapi kekuatan penuh kami dan tekad yang tak tergoyahkan untuk mempertanggungjawabkan setiap individu yang bertanggung jawab," tambah Brawner.
Wilayah selatan Filipina, Mindanao, menjadi tempat pemberontakan separatis selama beberapa dekade.
Pengeboman Kota Marawi pada bulan Desember adalah kekerasan terkait pemberontakan yang paling berdarah di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr. Ia menyalahkan "teroris asing" atas serangan tersebut, yang memicu alarm keamanan, termasuk di ibu kota, Manila.
Pasukan pemerintah ditempatkan dalam keadaan siaga tinggi pada saat itu, ketika negara yang sebagian besar warganya menganut Katolik merayakan musim Natal yang ramai, yang ditandai dengan periode perjalanan, belanja, dan kemacetan lalu lintas.
Kelompok pemberontak bersenjata terbesar, Front Pembebasan Islam Moro, menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada tahun 2014, yang secara signifikan meredakan puluhan tahun pertempuran.
Namun, kelompok bersenjata kecil seperti Dawlah Islamiyah menolak perjanjian perdamaian dan terus berupaya melakukan serangan bom dan serangan lainnya sambil menghindari serangan pemerintah.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press