Kim Jong-Un Diyakini Sudah Siap Perang Usai Tetapkan Korea Selatan Sebagai Musuh
Kompas dunia | 20 Januari 2024, 14:46 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un diyakini bakal memulai perang usai tetapkan Korea Selatan sebagai musuh negara.
Pada pekan lalu, Kim Jong-un tetapkan Korea Selatan sebagai musuh negara.
Ia juga secara resmi menepis kemungkinan reunifikasi kedua negara di Semenanjung Korea itu.
Baca Juga: Keluarga Sandera Israel Sudah Tak Percaya Netanyahu, Ancam Bakal Bertindak Sendiri
Ini jelas menghentikan upaya sejak lama yang digagas kakek dan ayahnya.
Hal itu diperburuk dengan pernyataan Kim Jong-un bahwa senjata nuklir Korea Utara tidak lagi hanya untuk pencegahan.
Korea Utara pun kembali mengaktifkan uji coba rudalnya, yang menyebabkan kemarahan dari para rivalnya.
Para pengamat pun mulai berpikir, bahwa pernyataan-pernyataan itu merupakan tanda-tanda Korea Utara bersiap perang.
“Kami harus memperhatikan kemungkinan Kim Jong-un telah menemukan cara dapat mempersiapkan diri dan memulai konflik militer, serta lolos dari konflik tersebut,” kata ahli nuklir Amerika Serikat Sigfried Hecker, yang telah mengunjungi Korea Utara beberapa kali itu dikutip dari The Washington Post, Jumat (19/1/2024).
Ia bersama dengan eks analis CIA untuk Korea Utara, Robert Carlin menuliskan artikel memperingatkan Korea Utara secara serius mulai melangkahkan kaki untuk perang.
Sementara itu, pengamat senior Asia Timur Laut di Institut Perdamaian AS, Frank Aum menegaskan pembicaraan antara Korea Utara dan AS tak akan terjadi dalam waktu dekat.
“Korea Utara tak lagi melihat adanya menfaat dalam melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS), setidaknya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintahan Biden,” ujarnya.
AS dan Korea Selatan saat ini memang menjadi sasaran kemarahan Kim Jong-un atas latihan militer bersama yang mereka lakukan di semenanjung Korea.
Baca Juga: Upaya Netanyahu Tolak Negara Palestina Usai Perang Gaza Dibanjiri Kritik, Bahkan dari Sekutu Sendiri
Korea Utara memandang ini merupakan langkah bermusuhan terhadap negaranya, dan akan menggunakan itu sebagai pembenaran untuk program senjata nuklir.
“Washington dan Seoul tampaknya percaya bahwa peningkatan tindakan pencegahan, dan taktik tekanan lainnya, sudah cukup mengurangi ketegangan yang meningkat dan mencegah situasi berubah menjadi krisis,” kata Aum.
“Tetapi tindakan-tindakan yang berbasis tekanan ini, memperburuk risiko dan menyebabkan Korea Utara fokus pada pengembangan kemampuan pencegahannya sendiri,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The Washington Post