AS dan Israel Makin Tegang, Gedung Putih Tegaskan Solusi Dua Negara Tetap Jalan Keluar Satu-satunya
Kompas dunia | 19 Januari 2024, 14:31 WIBBaca Juga: Menteri Ultranasionalis Ingin Israel Duduki Jalur Gaza, Sanjung Aksi Pasukan IDF
"Kami jelas melihatnya dengan cara yang berbeda," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby.
Netanyahu berbicara hanya sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengatakan bahwa Israel tidak akan pernah memiliki "keamanan yang nyata" tanpa jalan menuju kemerdekaan Palestina. Pekan ini, Gedung Putih juga mengumumkan bahwa saatnya tepat bagi Israel untuk mengurangi intensitas serangan militer menghancurkan di Gaza.
Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Netanyahu menunjukkan sikap tegas, berkali-kali menyatakan bahwa Israel tidak akan menghentikan serangannya sampai mencapai tujuannya menghancurkan kelompok Hamas di Gaza dan membawa pulang semua tawanan yang masih ditahan oleh Hamas, seperti laporan Associated Press, Jumat. (19/1/2024).
Ia menolak klaim dari sejumlah pengkritik Israel yang semakin bertambah bahwa tujuan-tujuan tersebut tidak dapat dicapai, berjanji untuk terus melanjutkan selama beberapa bulan ke depan, "Kami tidak akan menerima apa pun selain kemenangan mutlak," kata Netanyahu.
Biaya perang yang melonjak telah menimbulkan seruan meningkat dari komunitas internasional untuk menghentikan serangan ini.
Setelah awalnya memberikan dukungan penuh kepada Israel di awal perang, Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, mulai mengungkapkan keraguan dan mendorong Netanyahu untuk menjelaskan visinya mengenai Gaza pasca-perang.
Amerika Serikat mengatakan Otoritas Palestina yang diakui secara internasional, yang mengelola wilayah semi-otonom di Tepi Barat yang diduduki Israel, harus "diberdayakan kembali" dan kembali ke Gaza. Hamas menggulingkan otoritas dari Gaza pada tahun 2007.
AS juga telah menyerukan langkah-langkah menuju pendirian negara Palestina. Palestina menginginkan Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur untuk negaranya. Wilayah-wilayah tersebut diduduki Israel tahun 1967.
Baca Juga: Israel Akui Hamas Belum Kalah, Pembicaraan Gaza Tanpa Kelompok Perlawanan Palestina Terlalu Cepat
Berbicara pada Rabu di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Blinken mengatakan solusi dua negara adalah cara terbaik untuk melindungi Israel, menyatukan negara-negara Arab moderat, dan mengisolasi musuh bebuyutan Israel, Iran.
Tanpa "jalur menuju negara Palestina," kata dia, Israel tidak akan mendapatkan "keamanan yang nyata."
Pada konferensi yang sama, menteri luar negeri Arab Saudi mengatakan kerajaan tersebut siap untuk menjalin hubungan penuh dengan Israel sebagai bagian dari kesepakatan politik yang lebih besar, "Tetapi itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina, melalui negara Palestina," katanya.
Netanyahu, yang memimpin pemerintahan sayap kanan yang menentang kemerdekaan Palestina, mengulangi penolakannya terhadap solusi dua negara. Ia mengatakan negara Palestina akan menjadi landasan peluncuran untuk serangan terhadap Israel.
Ia mengatakan Israel "harus memiliki kendali keamanan atas seluruh wilayah barat Sungai Yordan," seraya menambahkan, "Itu bertentangan dengan ide kedaulatan. Apa yang bisa kita lakukan?"
"Kebenaran ini saya katakan kepada teman-teman Amerika kami, dan saya menghentikan upaya untuk memaksa kami ke realitas yang akan membahayakan negara Israel," katanya.
Para komentator mulai mempertanyakan apakah tujuan Netanyahu realistis, mengingat lambatnya laju serangan dan kritik internasional yang semakin meningkat, termasuk tuduhan genosida di Pengadilan Dunia PBB, yang secara tegas ditolak oleh Israel.
Lawan-lawan Netanyahu menuduhnya menunda pembahasan skenario pasca-perang untuk menghindari penyelidikan kegagalan pemerintah Israel mencegah serangan Hamas, menjaga koalisinya tetap utuh, dan menunda pemilihan umum. Survei menunjukkan popularitas Netanyahu, yang sedang diadili atas tuduhan korupsi, anjlok tajam selama perang ini.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu / Associated Press