Dunia Internasional Ikut Menyorot Pengusiran Terhadap Pengungsi Rohingya
Kompas dunia | 28 Desember 2023, 15:16 WIBBANDA ACEH, KOMPAS.TV – Media internasional turut memberitakan tentang mahasiswa di Aceh yang menuntut pemeritah untuk mengusir pengungsi Rohingya dari bumi Serambi Mekah. Salah satunya adalah Associated Press yang memberitakan bahwa sekitar 200 mahasiswa berdemonstrasi di depan parlemen provinsi di Banda Aceh, Rabu (27/12/2023).
Mahasiswa juga menyerukan kepada anggota parlemen untuk mengusir orang-orang Rohingya seraya mengatakan kehadiran mereka akan membawa pergolakan sosial dan ekonomi bagi masyarakat Aceh.
Lebih dari 1.500 Rohingya mengungsi ke Aceh sejak November lalu. Di Aceh, mereka pun menghadapi permusuhan dari sesama Muslim.
"Keluar Rohingya!" demikian nyanyian para pengunjuk rasa seperti diberitakan The Associated Press.
"Kami mendesak parlemen untuk segera mengambil tindakan tegas untuk menghapus semua pengungsi Rohingya dari Aceh," kata Teuku Wariza, salah satu penyelenggara protes.
Para pengunjuk rasa berbaris ke aula komunitas lokal di Banda Aceh, di mana sekitar 137 Rohingya berlindung. Para demonstran membuang pakaian dan barang -barang rumah tangga milik para pengungsi, memaksa pihak berwenang untuk memindahkannya ke tempat penampungan lain.
Baca Juga: Mahasiswa Aceh Serbu dan Usir Pengungsi Rohingya, UNHCR: Efek Ujaran Kebencian Terkoordinasi
Associated Press juga menuliskan tentang rekaman video yang mereka terima dan menggambarkan para pengungsi yang sebagian besar merupakan wanita dan anak -anak, sedang menangis dan berteriak. Para mahasiswa terlihat mengenakan jaket hijau universitas, terlihat menembus tali polisi dan secara paksa menempatkan pengungsi Rohingya di belakang dua truk.
Insiden itu menarik protes dari kelompok hak asasi manusia dan UNHCR, yang mengatakan serangan itu membuat para pengungsi terkejut dan trauma.
"UNHCR mengingatkan semua orang bahwa anak -anak pengungsi yang putus asa, wanita dan pria yang mencari perlindungan di Indonesia adalah korban penganiayaan dan konflik, dan selamat dari perjalanan laut yang mematikan," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu malam.
Pernyataan itu meminta pemerintah setempat untuk segera bertindak untuk melindungi para pengungsi dan pekerja kemanusiaan.
Indonesia pernah menampung para pengungsi, sementara Thailand dan Malaysia memilih untuk mendorong mereka pergi. Tetapi permusuhan yang semakin besar dari beberapa warga lokal terhadap Rohingya telah menekan pemerintah Presiden Joko Widodo untuk mengambil tindakan.
Baca Juga: Aceh Utara Masih Terendam Banjir, Warga Lhoksukon Butuh Bantuan Makanan Hingga Keperluan Bayi
Presiden Jokowi awal bulan ini mengatakan pemerintah mencurigai lonjakan perdagangan manusia untuk peningkatan kedatangan Rohingya.
"Ini bukan masalah yang mudah, ini adalah masalah dengan tantangan besar," Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada wartawan.
Sekitar 740.000 Rohingya dimukimkan di Bangladesh setelah melarikan diri dari rumah mereka di Myanmar untuk melarikan diri dari pasukan keamanan. Tuduhan pemerkosaan massal, pembunuhan dan pembakaran seluruh desa didokumentasikan dengan baik, dan pengadilan internasional sedang mempertimbangkan apakah otoritas Myanmar melakukan genosida dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Upaya untuk memulangkan Rohingya telah gagal karena tidak adanya jaminan keselamatan bagi mereka. Sebagian besar etnis Rohingya telah ditolak hak-hak kewarganegaraannya oleh Myanmar dan menghadapi diskriminasi sosial yang meluas.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press