Gereja di Perbatasan Lebanon Merayakan Natal yang Sunyi dan Hening di Tengah Penderitaan Warga Gaza
Kompas dunia | 25 Desember 2023, 07:15 WIBAIN EBEL, KOMPAS.TV - Umat Kristen di desa-desa perbatasan di selatan Lebanon pada Minggu (24/12/2023) kemarin bersiap-siap merayakan Natal yang hening di bawah bayang-bayang perang berkepanjangan di Gaza dan dampaknya di Lebanon.
Sementara di Beirut restoran-restoran penuh sesak dan ratusan orang berduyun-duyun ke pasar Natal dalam beberapa hari menjelang liburan, di desa perbatasan rumah-rumah kosong dan bisnis-bisnis tutup.
Penduduk melarikan diri untuk tinggal bersama kerabat atau di apartemen-apartemen sewaan di Beirut atau daerah-daerah lain yang lebih jauh dari konflik.
Sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober, kelompok militan Lebanon, Hezbollah, dan pasukan Israel terlibat dalam bentrokan hampir setiap hari di perbatasan yang telah menewaskan sekitar 150 orang di pihak Lebanon.
Sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah dan kelompok-kelompok sekutunya, namun juga setidaknya 17 warga sipil, menurut perhitungan The Associated Press.
Ada sekitar 72.437 orang di Lebanon yang mengungsi, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM.
Di desa mayoritas Kristen Ain Ebel, pasukan perdamaian PBB membagikan mainan di sebuah sekolah swasta pada hari Sabtu kepada sekitar 250 anak yang keluarganya tetap tinggal di sana dan di desa-desa terdekat Rmeish dan Debel.
Sekolah Saint-Joseph des Saints-Cœurs, seperti kebanyakan sekolah di daerah tersebut, ditutup karena pertempuran, yang telah menewaskan tiga siswa mereka.
Baca Juga: AS Tak Pedulikan Surat Gereja Betlehem Minta Gencatan Senjata di Gaza, Dibalas dengan Veto di PBB
Tiga saudara perempuan - Rimas Shor, 14; Talin Shor, 12; dan Layan Shor, 10 tahun, tewas bersama nenek mereka, Samira Abdul-Hussein Ayoub, oleh serangan Israel yang mengenai mobil yang mereka tumpangi pada 5 November.
“Kami hidup dalam perang dalam segala arti kata," kata Suster Maya Beaino, kepala sekolah.
"Tiga perempat warga desa telah melarikan diri. Orang-orang yang tinggal di desa saat ini dalam keadaan sedih dan tidak ada yang menghias atau bahkan menaruh pohon natal di rumah mereka."
Namun, Beaino mengatakan ia berharap perayaan kecil pada hari suci ini dapat membantu menjaga semangat warga, “Secepatnya ada gencatan senjata, kami akan membuka kembali sekolah ini," katanya.
Charbel Louka, 12 tahun, datang ke distribusi mainan bersama keluarganya, yang tetap tinggal di desa Debel yang terdekat. Awalnya, Louka mengatakan ia takut dengan suara tembakan, "tapi setelah beberapa lama, kita terbiasa."
Menambahkan catatan kelam lebih lanjut menjelang liburan, badai besar dan banjir bandang melanda jalan-jalan di seluruh negara pada Sabtu (23/12) akhir pekan lalu, membuat mobil-mobil terapung dan menewaskan empat anak pengungsi Suriah di utara Lebanon ketika langit-langit rumah mereka runtuh dan bangunan tersebut tergenang air.
Di desa selatan Rmeish, sekitar 2 kilometer dari perbatasan, di mana asap naik setiap hari dari bukit-bukit sekitarnya akibat tembakan dan serangan udara, Wali Kota Milad Alam mengatakan tidak ada "atmosfer liburan sama sekali."
Baca Juga: Pariwisata di Kota Betlehem Lesu Terdampak Konflik di Gaza
Gereja setempat membatalkan Misa Malam Natal biasa karena alasan keamanan tetapi akan mengadakannya pada pagi Hari Natal. Santa Claus akan membagikan hadiah pada sore hari Minggu kepada sedikit anak-anak yang tinggal di desa tersebut.
“Ini bukanlah perayaan, hanya untuk membuat anak-anak sedikit bersenang-senang," ujar Walikota wilayah Rmeish Alam.
Di kota Rashaya al-Fukhar, pemerintah setempat mendirikan pohon Natal yang dihias dengan bola-bola merah dan lampu-lampu di lapangan kota yang sebagian besar sepi.
"Orang-orang yang punya anak-anak membawanya keluar dari sini, pertama-tama karena keamanan dan kedua agar mereka tidak ketinggalan sekolah," kata anggota dewan kota Wassim Al-Khalil, "Mereka yang tinggal adalah yang lebih tua, seperti saya.”
Marwan Abdullah, seorang penduduk desa, mengatakan keluarganya "terpisah dan tersebar di tempat-tempat berbeda."
"Mungkin jika situasinya stabil, kita akan berkumpul untuk merayakan hari libur," ungkap dia.
"Saya berharap akan ada perdamaian dan ketenangan, terutama di hari perayaan kelahiran Yesus Kristus, yang memberikan damai dan kebaikan kepada bumi."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press