Gereja di Perbatasan Lebanon Merayakan Natal yang Sunyi dan Hening di Tengah Penderitaan Warga Gaza
Kompas dunia | 25 Desember 2023, 07:15 WIBNamun, Beaino mengatakan ia berharap perayaan kecil pada hari suci ini dapat membantu menjaga semangat warga, “Secepatnya ada gencatan senjata, kami akan membuka kembali sekolah ini," katanya.
Charbel Louka, 12 tahun, datang ke distribusi mainan bersama keluarganya, yang tetap tinggal di desa Debel yang terdekat. Awalnya, Louka mengatakan ia takut dengan suara tembakan, "tapi setelah beberapa lama, kita terbiasa."
Menambahkan catatan kelam lebih lanjut menjelang liburan, badai besar dan banjir bandang melanda jalan-jalan di seluruh negara pada Sabtu (23/12) akhir pekan lalu, membuat mobil-mobil terapung dan menewaskan empat anak pengungsi Suriah di utara Lebanon ketika langit-langit rumah mereka runtuh dan bangunan tersebut tergenang air.
Di desa selatan Rmeish, sekitar 2 kilometer dari perbatasan, di mana asap naik setiap hari dari bukit-bukit sekitarnya akibat tembakan dan serangan udara, Wali Kota Milad Alam mengatakan tidak ada "atmosfer liburan sama sekali."
Baca Juga: Pariwisata di Kota Betlehem Lesu Terdampak Konflik di Gaza
Gereja setempat membatalkan Misa Malam Natal biasa karena alasan keamanan tetapi akan mengadakannya pada pagi Hari Natal. Santa Claus akan membagikan hadiah pada sore hari Minggu kepada sedikit anak-anak yang tinggal di desa tersebut.
“Ini bukanlah perayaan, hanya untuk membuat anak-anak sedikit bersenang-senang," ujar Walikota wilayah Rmeish Alam.
Di kota Rashaya al-Fukhar, pemerintah setempat mendirikan pohon Natal yang dihias dengan bola-bola merah dan lampu-lampu di lapangan kota yang sebagian besar sepi.
"Orang-orang yang punya anak-anak membawanya keluar dari sini, pertama-tama karena keamanan dan kedua agar mereka tidak ketinggalan sekolah," kata anggota dewan kota Wassim Al-Khalil, "Mereka yang tinggal adalah yang lebih tua, seperti saya.”
Marwan Abdullah, seorang penduduk desa, mengatakan keluarganya "terpisah dan tersebar di tempat-tempat berbeda."
"Mungkin jika situasinya stabil, kita akan berkumpul untuk merayakan hari libur," ungkap dia.
"Saya berharap akan ada perdamaian dan ketenangan, terutama di hari perayaan kelahiran Yesus Kristus, yang memberikan damai dan kebaikan kepada bumi."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press