> >

Pejabat Senior AS: Penyelesaian Berdasarkan Musyawarah Cara Terbaik Akhiri Ketegangan Lebanon-Israel

Kompas dunia | 16 Desember 2023, 00:05 WIB
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jumat (15/12/2023), menyatakan ia telah membahas situasi yang tidak stabil di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dengan pejabat Israel, menyimpulkan hasil yang dicapai berdasarkan negosiasi atau musyawarah merupakan cara terbaik untuk menenangkan penduduk utara Israel. (Sumber: AP Photo)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) menyatakan ia telah membahas situasi yang tidak stabil di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dengan pejabat Israel, Jumat (15/12/2023). Ia menyimpulkan "hasil yang dicapai berdasarkan negosiasi atau musyawarah" merupakan cara terbaik untuk menenangkan penduduk utara Israel.

Berbicara kepada wartawan di Yerusalem, Sullivan mengatakan Washington tidak akan menoleransi ancaman dari kelompok Hizbullah Lebanon, yang menyerang pos militer Israel sehari setelah perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober.

Selama dua bulan terakhir, Israel mengungsikan lebih dari 20.000 warganya dari kota dan desa di sepanjang perbatasan dengan Lebanon. Beberapa di antaranya menyampaikan kekhawatiran mereka tidak punya rencana pulang selama kelompok Hizbullah masih berada di sisi Lebanon perbatasan.

"Kita perlu menyampaikan pesan yang jelas bahwa kita tidak akan menoleransi ancaman dan aktivitas teroris seperti yang kita lihat dari Hizbullah dan wilayah Lebanon," kata Sullivan kepada wartawan di Yerusalem, Jumat.

"Cara terbaik untuk melakukannya adalah mencapai hasil berdasarkan negosiasi," tambah Sullivan.

Ia berharap hasil tersebut akan memastikan "warga Israel di komunitas di perbatasan utara tahu mereka tidak akan menjadi sasaran serangan yang akan mengambil nyawa mereka atau menghancurkan komunitas mereka."

Sullivan menegaskan, "Ancaman ini dapat diatasi melalui diplomasi dan tidak memerlukan perang baru."

Meskipun demikian, Sullivan mengatakan langkah tersebut memerlukan bukan hanya diplomasi, tetapi juga upaya pencegahan.

Israel dan Hizbullah adalah musuh bebuyutan yang pernah bertempur dalam perang musim panas 2006. Israel menganggap kelompok militan Syiah yang didukung Iran ini sebagai ancaman langsung terberat, dengan perkiraan memiliki sekitar 150.000 roket dan peluru kendali yang ditujukan ke Israel.

Baca Juga: Menhan Israel Ungkap Perang Lawan Hamas Bisa Berbulan-bulan, AS Minta Jadwal yang Jelas

Pemakaman korban serangan Israel di Lebanon Selatan, (5/12/2023). (Sumber: AP Photo)

Sejak berakhirnya perang 34 hari tahun 2006, ribuan pasukan penjaga perdamaian PBB dan pasukan Lebanon ditempatkan di sepanjang perbatasan. Perbatasan tersebut sebagian besar tenang selama bertahun-tahun, kecuali pelanggaran sporadis, tetapi semuanya berubah sejak dimulainya perang Israel-Hamas.

Sejak 8 Oktober, personel Hizbullah melancarkan puluhan serangan, sebagian besar menargetkan pos militer Israel di sepanjang perbatasan. Artilleri dan pesawat tempur Israel juga menyerang wilayah di sisi Lebanon perbatasan.

Pada Kamis (14/12), sebuah pesawat tanpa awak Israel menjatuhkan selebaran di sebuah desa perbatasan, memperingatkan penduduknya bahwa Hizbullah mengancam nyawa mereka dengan menggunakan wilayah itu untuk meluncurkan serangan terhadap Israel.

Agensi berita negara Lebanon melaporkan sebuah pesawat tanpa awak Israel menyerang sebuah rumah di desa selatan Yarin hari Jumat, melukai beberapa orang. Tidak ada rincian lebih lanjut.

Hari Kamis, serangan udara Israel di desa selatan Markaba menewaskan seorang personel Hizbullah, membuat jumlah total anggota kelompok yang tewas menjadi 101 sejak awal putaran terakhir pertempuran.

Pejabat Hizbullah, Ali Daamoush, bersikeras dalam khotbah Jumatnya, berjanji bahwa kelompok tersebut tidak akan menghentikan serangan di sepanjang perbatasan dan juga tidak memiliki rencana untuk menjauh dari garis depan.

"Kebrutalan Israel-Amerika hanya dapat dihentikan oleh perlawanan yang dapat menimbulkan kerugian bagi musuh," kata Daamoush. "Intimidasi dan ancaman tidak akan mengubah sikap perlawanan dan keberadaannya di setiap inci selatan Lebanon."

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU