> >

Badan PBB: Gaza Terancam Kelaparan, Efek Hancurnya Sistem Pangan akibat Serangan Israel

Kompas dunia | 17 November 2023, 15:20 WIB
Anak-anak Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan di tengah bombardir Israel ke Jalur Gaza, di Rafah, Senin, 13 November 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

 

ROMA, KOMPAS.TV - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pangan, World Food Program (WFP), memperingatkan adanya ancaman kelaparan yang meluas di Gaza, wilayah Palestina yang kini tengah dibombardir Israel.

Ancaman kelaparan itu dipicu hancurnya sistem pangan akibat serangan Israel.

WFP mengungkapkan, sejak awal konflik pada 7 Oktober 2023, hanya 10 persen dari pasokan pangan yang dibutuhkan, masuk ke Gaza, wilayah berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa.

Saat ini, Gaza pun menghadapi kesenjangan pangan yang besar dan kelaparan yang meluas karena hampir seluruh penduduk sangat membutuhkan bantuan pangan.

Baca Juga: Yordania Berang atas Kebiadaban Israel di Gaza, Tolak Tandatangani Kesepakatan Energi dan Air

“Pasokan makanan dan air secara praktis tak ada di Gaza, dan hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan, yang datang melalui perbatasan,” ujar Direktur Eksekustif WFP Cindy McCain, Kamis (16/11/2023), dikutip dari laman resmi mereka.

“Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan,” ujarnya.

McCain mengatakan mustahil untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini hanya dengan membuka satu pintu perbatasan.

“Satu-satunya harapan adalah membuka jalur lain yang aman bagi akses kemanusiaan untuk membawa makanan yang menyelamatkan jiwa masuk ke Gaza,” tuturnya.

Pada awal pekan ini, WFP telah mengonfirmasi penutupan toko roti terakhir yang beroperasi dan bekerja sama dengan badan itu karena kekurangan bahan bakar.

Kekurangan bahan bakar telah memicu terhentinya produksi roti di seluruh 130 toko roti di Gaza.

Roti yang merupakan makanan pokok masyarakat Gaza saat ini langka, atau bahkan sudah tidak ada.

Kurangnya bahan bakar juga melumpuhkan distribusi dan operasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan makanan.

Bahkan ketika truk tiba dari Mesir dan menurunkan pasokan di Gaza pada Selasa (14/11/2023), mereka tak dapat menjangkau warga sipil di tempat penampungan karena bahan bakar tidak cukup untuk kendaraan distribusi.

Baca Juga: Pemeran Hulk Murka ke Netanyahu karena Sebut Warga Palestina yang Tewas di Gaza Kerugian Sampingan

Infrastruktur pangan di Gaza tidak lagi berfungsi, dengan hanya 25 persen toko yang dikontrak WFP yang masih buka, dan yang lainnya sudah kehabisan bahan pangan pokok. Sedangkan pasar-pasar telah sepenuhnya tutup.

Makanan dalam jumlah kecil yang dapat ditemukan, dijual dengan harga yang sangat tinggi, serta tidak ada gunanya jika tak ada bahan bakar dan listrik untuk memasak.

Keadaan itu memaksa beberapa orang untuk bertahan hidup hanya dengan makan satu kali sehari.

WFP mengatakan dari 1.129 truk yang telah masuk Gaza sejak pintu perbatasan Rafah dibuka pada 21 Oktober, hanya 447 yang membawa makanan.

Badan PBB itu menyambut baik penambahan jumlah truk yang diizinkan masuk ke Gaza, namun menambahkan, jumlahnya belum mencukupi.

Menurut WFP, makanan yang masuk ke Gaza hanya cukup untuk memenuhi 7 persen dari kebutuhan kalori minimum harian.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Wfp.org


TERBARU