> >

Gaza Tunggu Bantuan dari Mesir, Israel Siapkan Pasukan untuk Serangan Darat

Kompas dunia | 20 Oktober 2023, 07:18 WIB
Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel menembak untuk mencegat roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza, di Ashkelon, Israel, Kamis, 19 Oktober 2023. (Sumber: AP Photo/Tsafrir Abayov)

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV — Israel menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara pada Kamis, (19/10/2023) termasuk di selatan tempat warga Palestina berlindung. Menteri Pertahanan Israel memerintahkan pasukan darat untuk siap menyerang, meskipun belum ditentukan waktu penyerangan itu.  Sementara itu warga Palestina masih menunggu kiriman bantuan dari Mesir.

Rumah sakit-rumah sakit di Gaza berusaha menyediakan pasokan medis dan bahan bakar untuk generator yang stoknya kian menipis. Sementara pihak berwenang menyiapkan logistik untuk pengiriman bantuan dari Mesir. Para dokter di bangsal yang gelap di seluruh Gaza menjahit luka mereka dengan bantuan cahaya ponsel dan menggunakan cuka untuk mengobati luka orang-orang yang terinfeksi.

Sementara itu, penilaian intelijen AS yang tidak bersifat rahasia yang disampaikan kepada Kongres memperkirakan jumlah korban dalam ledakan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza awal pekan ini adalah 100 hingga 300 kematian. 

Baca Juga: Sekjen PBB Mengutuk Serangan Rudal Israel ke RS Al Ahli di Gaza!

“Meskipun demikian, jumlah korban tewas tersebut masih mencerminkan jumlah korban jiwa yang sangat besar,” kata intelijen AS seperti dikutip dari The Associated Press. Para pejabat intelijen hingga kini masih menilai bukti-bukti dan perkiraan jumlah korban mungkin berubah.

Presiden Joe Biden dan pejabat AS lainnya telah mengatakan bahwa pejabat intelijen AS yakin ledakan di rumah sakit al-Ahli bukan disebabkan oleh serangan udara Israel. 

Militer Israel tanpa henti menyerang Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menghancurkan di Israel selatan. Bahkan setelah Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi wilayah utara Gaza dan melarikan diri ke selatan, serangan masih meluas ke seluruh wilayah. 

Militan Palestina menembakkan roket ke Israel pada hari Kamis dari Gaza dan Lebanon, dan ketegangan berkobar di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Dalam pidatonya yang berapi-api di depan tentara infanteri Israel di perbatasan Gaza, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendesak pasukannya untuk bersiap menerima perintah. Israel telah mengerahkan puluhan ribu tentara di sepanjang perbatasan.

 “Mungkin diperlukan waktu seminggu, sebulan, dua bulan sampai kita menghancurkannya,” ujar Gallant yang mengacu pada Hamas.

Persetujuan Israel kepada Mesir untuk mengizinkan masuknya makanan, air, dan obat-obatan membuka peluang pertama untuk dibukanya blokade diwilayah tersebut. Banyak warga Gaza yang kini hanya makan satu kali sehari dan minum air kotor.

Mesir dan Israel masih melakukan negosiasi untuk masuknya bahan bakar untuk rumah sakit. Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Hamas telah mencuri bahan bakar dari fasilitas PBB dan Israel menginginkan jaminan bahwa hal ini tidak akan terjadi. Truk bantuan pertama diperkirakan akan tiba pada hari Jumat.

“Dengan masih ditutupnya perbatasan Mesir-Gaza di Rafah, kondisi yang sudah mengerikan di rumah sakit terbesar kedua di Gaza semakin memburuk,” kata Dr. Mohammed Qandeel dari Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis. Listrik padam di sebagian besar rumah sakit dan anggota staf menggunakan telepon seluler untuk penerangan.

Setidaknya 80 warga sipil yang terluka dan 12 orang tewas dilarikan ke rumah sakit setelah para saksi mengatakan serangan menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di Khan Younis.” Dokter tidak punya pilihan selain membiarkan dua orang meninggal karena tidak ada ventilator,” kata Qandeel.

Baca Juga: Israel Dituduh Sengaja Bombardir Toko Roti di Gaza: Mereka Ingin Korban Sebanyak Mungkin

“Kita tidak bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa jika hal ini terus terjadi,” tambahnya.

Kementerian Kesehatan Gaza memohon kepada pompa bensin untuk memberikan bahan bakar ke rumah sakit dan sebuah badan PBB untuk memberikan sebagian dari pasokan bahan bakar terakhirnya ke pusat kesehatan.

Sumbangan lembaga tersebut kepada Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah tersebut, akan “membuat kami dapat bertahan selama beberapa jam lagi,” kata direktur rumah sakit tersebut, Mohammed Abu Selmia.

Rumah Sakit Al-Ahli masih belum pulih dari ledakan hari Selasa. Hamas dengan cepat mengatakan serangan udara Israel menghantam rumah sakit tersebut. Namun Israel membantah telah terlibat dalam penyerangan itu.
 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU