> >

Erdogan Sebut Pembunuhan Serampangan di Gaza sebagai Pembantaian: Perang pun Punya Etika

Kompas dunia | 12 Oktober 2023, 01:05 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Rabu, (11/10/2023) mengutuk pembunuhan warga sipil di wilayah Israel oleh Hamas dan dengan sama keras mengutuk pembantaian tak selektif oleh Israel terhadap warga sipil di Gaza. (Sumber: Daily Sabah / Anadolu)

ANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam pembunuhan warga sipil di wilayah Israel oleh Hamas sekaligus mengutuk pembantaian tak selektif oleh Israel terhadap warga sipil di Gaza. Erdogan mengatakan hal tersebut di parlemen Turki saat bertemu dengan anggota partainya, Rabu (11/10/2023).

"Kami secara terbuka mengutuk pembunuhan warga sipil di wilayah Israel. Demikian pula, kami tidak akan pernah menerima pembantaian serampangan terhadap orang-orang tak bersalah di Gaza," kata Presiden Recep Tayyip Erdogansaat berbicara di hadapan anggota Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party) di Parlemen.

Melansir Daily Sabah, Rabu (11/10), Erdogan menggambarkan serangan tak selektif terhadap warga sipil di Gaza sebagai "pembantaian".

"Serangan yang tak proporsional terhadap Gaza bisa membuat Israel terdorong ke posisi yang tak terduga di mata komunitas internasional. Mengebom permukiman warga sipil, menghentikan kendaraan yang membawa bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut, dan menyajikan semua ini sebagai keterampilan hanyalah perbuatan sebuah kelompok, bukan sebuah negara," ujar Erdogan.

"Kami berpandangan bahwa perang harus memiliki etika dan kedua belah pihak harus menghormatinya. Sayangnya, prinsip ini sangat dilanggar di Israel dan di Gaza," kata Erdogan.

"Konflik yang dilakukan dengan berbagai macam metode yang memalukan bukanlah perang, melainkan pembantaian," tegas Erdogan merujuk pada yang terjadi di Gaza dan Israel.

Sejalan dengan advokasi teguhnya terhadap Palestina, Erdogan berdiri sebagai penantang utama ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel. Seiring dengan itu, normalisasi Turki terhadap negara-negara regional, termasuk Israel, menjadikan Turki sebagai mediator potensial.

"Kami mengajak pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri. Kami ingin perang di wilayah tersebut berhenti secepatnya dan masalah antara pihak-pihak tersebut dapat diselesaikan melalui negosiasi," kata Erdogan. Baik Erdogan maupun Menteri Luar Negeri Hakan Fidan telah melaksanakan diplomasi bolak-balik untuk menurunkan ketegangan.

Baca Juga: Erdogan Murka: Ngapain Kapal Induk AS Ada di Laut Dekat Israel? Itu Bisa Berujung Pembantaian

Kehancuran akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, pagi hari ini (11/11/2023). (Sumber: Istimewa)

"Kami tidak ingin anak-anak, warga sipil, dan orang-orang tak bersalah mati di Gaza, Israel, Suriah, atau Ukraina, dan kami tidak ingin ada lebih banyak pertumpahan darah," tegas Erdogan.

Erdogan menyerukan agar menahan diri, mendorong penghentian perang melalui negosiasi. Komitmennya untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut sejalan dengan peran Turki sebagai mediator konstruktif, yang telah efektif melibatkan dirinya dalam upaya berkelanjutan dalam konflik seperti di Ukraina dan pencapaian perjanjian perdagangan.

Namun, Turki secara tegas membedakan posisinya tentang Palestina, berbeda dari sekutu-sekutu Baratnya yang mendukung Israel meskipun adanya pendudukan ilegal dan kekerasan yang dilakukan.

Turki berkeras untuk adanya negara Palestina merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya dan berdasarkan perbatasan tahun 1967, sebuah sikap yang selalu diungkapkan dalam forum internasional, termasuk Sidang Umum PBB.

Dalam iklim yang rentan saat ini, meminimalkan korban warga sipil dan mencegah konflik menyebar ke negara-negara regional adalah kekhawatiran utama bagi Ankara.

Erdogan terlibat dalam diplomasi bolak-balik untuk menurunkan eskalasi, menekankan peran penting Turki dalam menjaga stabilitas di Timur Tengah.

Upaya intensif oleh pejabat Turki, yang dipimpin oleh Presiden Erdogan, mencerminkan komitmen untuk mencegah ketegangan antara Israel dan Palestina menjadi konflik di Lebanon dan Iran, inisiatif yang sangat penting di masa-masa ketidakstabilan yang meningkat.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Daily Sabah


TERBARU