Uni Afrika Resmi Gabung di G20, Apa Maknanya bagi Afrika dan Dunia? Simak Penjelasannya
Kompas dunia | 10 September 2023, 14:05 WIBNAIROBI, KOMPAS.TV - Grup 20 ekonomi terkemuka dunia di KTT G20 menyambut Uni Afrika sebagai anggota permanen, Sabtu (9/9/2023). Ini menjadi pengakuan kuat atas Afrika, saat lebih dari 50 negara di benua itu mencari peran lebih penting di panggung global.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendukung keanggotaan permanen Uni Afrika di G20. Biden menyebut keanggotaan ini "lama ditunggu-tunggu".
Perdana Menteri India Narendra Modi menyambut hangat Ketua Uni Afrika saat ini, Presiden Komoro Azali Assoumani, dengan pelukan, Sabtu (9/9) di KTT G20. Modi mengatakan ia merasa senang, seperti dilaporkan Associated Press, Minggu (10/9.
"Selamat kepada seluruh Afrika!" kata Presiden Senegal Macky Sall, Ketua Uni Afrika sebelumnya yang membantu mendorong keanggotaan ini. Uni Afrika berjuang untuk keanggotaan penuh selama tujuh tahun, kata juru bicara Ebba Kalondo. Sebelumnya, Afrika Selatan adalah satu-satunya anggota G20 dari benua ini.
Berikut ini adalah gambaran tentang Uni Afrika dan apa yang diwakilkan oleh keanggotaannya dalam dunia, seiring posisi Afrika yang semakin sentral dalam pembicaraan tentang perubahan iklim, keamanan pangan, migrasi, dan isu-isu lainnya.
Baca Juga: KTT G20 India Setuju Tambah Uni Afrika Jadi Anggota, Isu Ukraina Tidak Spesifik di Deklarasi Bersama
Apa Artinya bagi Afrika?
Keanggotaan permanen dalam G20 menandakan bangkitnya sebuah benua yang populasi mudanya sebanyak 1,3 miliar diperkirakan akan berjumlah dua kali lipat pada tahun 2050, dan akan mencakup seperempat penduduk dunia.
Sebanyak 55 negara anggota Uni Afrika, yang mencakup Sahara Barat yang menjadi sengketa, mendesak untuk peran yang berarti dalam lembaga-lembaga global yang selama ini mewakili tatanan pasca-Perang Dunia II yang sudah pudar, termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Mereka juga menginginkan perubahan dalam sistem keuangan global, termasuk Bank Dunia dan entitas lainnya, yang memaksa negara-negara Afrika membayar lebih mahal daripada yang lain untuk meminjam uang, sehingga memperdalam utang mereka.
Afrika semakin menarik minat investasi dan perhatian politik dari generasi baru kekuatan global selain AS dan mantan kolonial Eropa benua ini. China adalah mitra dagang terbesar Afrika dan salah satu pemberi pinjaman terbesarnya. Rusia adalah penyedia senjata utama. Negara-negara Teluk menjadi salah satu investor terbesar di benua ini. Basis militer dan kedutaan terbesar Turki berada di Somalia. Israel dan Iran semakin meningkatkan hubungan mereka di Afrika dalam mencari mitra.
Pemimpin Afrika dengan sabar menantang gambaran benua ini sebagai korban pasif perang, ekstremisme, kelaparan, dan bencana yang dipaksa untuk memihak salah satu sisi antara kekuatan global. Beberapa lebih memilih menjadi penengah, seperti yang terlihat dalam upaya perdamaian Afrika setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Memberikan keanggotaan Uni Afrika dalam G20 adalah langkah yang mengakui benua ini sebagai kekuatan global.
Baca Juga: Hadiri KTT G20 di New Delhi, Jokowi Ajak Pemimpin Negara Lakukan Aksi Nyata Lindungi Bumi
Apa yang Dibawa Uni Afrika ke G20?
Dengan keanggotaan penuh dalam G20, Uni Afrika dapat mewakili benua ini yang menjadi rumah bagi area perdagangan bebas terbesar di dunia. Selain itu, Afrika sangat kaya akan sumber daya yang diperlukan dunia untuk melawan perubahan iklim, meskipun kontribusi Afrika dalam perubahan iklim sangat kecil dibandingkan dampak yang mereka alami.
Benua Afrika punya 60% dari aset energi terbarukan dunia dan lebih dari 30% dari mineral-mineral yang penting untuk teknologi berkelanjutan dan rendah karbon. Kongo sendiri punya hampir setengah dari cadangan kobalt dunia, sebuah logam yang sangat penting untuk baterai lithium-ion, menurut laporan PBB tentang perkembangan ekonomi Afrika yang dirilis bulan lalu.
Pemimpin Afrika muak melihat orang luar mengambil sumber daya benua ini untuk diproses dan diolah di tempat lain, sehingga mereka ingin melihat lebih banyak pengembangan industri di dekat rumah untuk memberikan manfaat ekonomi bagi negara mereka.
Jika kita mempertimbangkan aset alam Afrika, maka benua ini sangat kaya, kata Presiden Kenya, William Ruto, pada pertemuan pertama Africa Climate Summit pekan ini. Pertemuan di Nairobi berakhir dengan tuntutan perlakuan yang lebih adil oleh lembaga keuangan, penyerahan $100 miliar per tahun yang lama dijanjikan oleh negara-negara kaya dalam pembiayaan iklim bagi negara-negara berkembang, dan pajak global atas bahan bakar fosil.
Menemukan posisi bersama di antara negara-negara anggota Uni Afrika, mulai dari kekuatan ekonomi seperti Nigeria dan Ethiopia hingga beberapa negara termiskin di dunia, bisa menjadi tantangan. Selain itu, Uni Afrika sendiri lama didorong oleh beberapa warga Afrika untuk lebih tegas dalam merespons kudeta dan krisis lainnya.
Kepemimpinan berputar yang berubah setiap tahun juga bisa menjadi hambatan dalam menjaga konsistensi. Tetapi, Afrika "akan perlu berbicara dengan satu suara jika berharap memengaruhi pengambilan keputusan G20," tulis Ibrahim Assane Mayaki, mantan perdana menteri Niger, dan Daouda Sembene, mantan direktur eksekutif Dana Moneter Internasional, dalam Project Syndicate tahun ini.
Pemimpin Afrika menunjukkan kesediaan mereka untuk mengambil tindakan kolektif. Selama pandemi Covid-19, mereka bersatu untuk mengkritik keras penimbunan vaksin oleh negara-negara kaya dan berkolaborasi untuk melakukan pembelian besar-besaran persediaan untuk benua ini.
Sekarang, sebagai anggota G20 yang terkenal, tuntutan Afrika akan menjadi lebih sulit diabaikan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press