Uni Afrika Resmi Gabung di G20, Apa Maknanya bagi Afrika dan Dunia? Simak Penjelasannya
Kompas dunia | 10 September 2023, 14:05 WIBMemberikan keanggotaan Uni Afrika dalam G20 adalah langkah yang mengakui benua ini sebagai kekuatan global.
Baca Juga: Hadiri KTT G20 di New Delhi, Jokowi Ajak Pemimpin Negara Lakukan Aksi Nyata Lindungi Bumi
Apa yang Dibawa Uni Afrika ke G20?
Dengan keanggotaan penuh dalam G20, Uni Afrika dapat mewakili benua ini yang menjadi rumah bagi area perdagangan bebas terbesar di dunia. Selain itu, Afrika sangat kaya akan sumber daya yang diperlukan dunia untuk melawan perubahan iklim, meskipun kontribusi Afrika dalam perubahan iklim sangat kecil dibandingkan dampak yang mereka alami.
Benua Afrika punya 60% dari aset energi terbarukan dunia dan lebih dari 30% dari mineral-mineral yang penting untuk teknologi berkelanjutan dan rendah karbon. Kongo sendiri punya hampir setengah dari cadangan kobalt dunia, sebuah logam yang sangat penting untuk baterai lithium-ion, menurut laporan PBB tentang perkembangan ekonomi Afrika yang dirilis bulan lalu.
Pemimpin Afrika muak melihat orang luar mengambil sumber daya benua ini untuk diproses dan diolah di tempat lain, sehingga mereka ingin melihat lebih banyak pengembangan industri di dekat rumah untuk memberikan manfaat ekonomi bagi negara mereka.
Jika kita mempertimbangkan aset alam Afrika, maka benua ini sangat kaya, kata Presiden Kenya, William Ruto, pada pertemuan pertama Africa Climate Summit pekan ini. Pertemuan di Nairobi berakhir dengan tuntutan perlakuan yang lebih adil oleh lembaga keuangan, penyerahan $100 miliar per tahun yang lama dijanjikan oleh negara-negara kaya dalam pembiayaan iklim bagi negara-negara berkembang, dan pajak global atas bahan bakar fosil.
Menemukan posisi bersama di antara negara-negara anggota Uni Afrika, mulai dari kekuatan ekonomi seperti Nigeria dan Ethiopia hingga beberapa negara termiskin di dunia, bisa menjadi tantangan. Selain itu, Uni Afrika sendiri lama didorong oleh beberapa warga Afrika untuk lebih tegas dalam merespons kudeta dan krisis lainnya.
Kepemimpinan berputar yang berubah setiap tahun juga bisa menjadi hambatan dalam menjaga konsistensi. Tetapi, Afrika "akan perlu berbicara dengan satu suara jika berharap memengaruhi pengambilan keputusan G20," tulis Ibrahim Assane Mayaki, mantan perdana menteri Niger, dan Daouda Sembene, mantan direktur eksekutif Dana Moneter Internasional, dalam Project Syndicate tahun ini.
Pemimpin Afrika menunjukkan kesediaan mereka untuk mengambil tindakan kolektif. Selama pandemi Covid-19, mereka bersatu untuk mengkritik keras penimbunan vaksin oleh negara-negara kaya dan berkolaborasi untuk melakukan pembelian besar-besaran persediaan untuk benua ini.
Sekarang, sebagai anggota G20 yang terkenal, tuntutan Afrika akan menjadi lebih sulit diabaikan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press