Bos Wagner Rusia Mengamuk karena Amunisi Tidak Juga Datang, Ancam Tarik Pasukan dari Bakhmut
Kompas dunia | 6 Mei 2023, 03:05 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Pemilik kontraktor militer Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin, pada Jumat (5/5/2023) mengamuk dan mengancam akan menarik pasukannya minggu depan dari garis depan pertempuran di kota Bakhmut di Ukraina timur. Dia menuduh komando militer Moskow menahan suplai amunisi bagi pasukannya.
Prigozhin hari Jumat (5/5/2023), mengeklaim Wagner berencana menaklukkan Bakhmut pada 9 Mei, hari kemenangan Rusia dalam perayaan kekalahan Jerman Nazi. Namun, dia mengatakan pasukannya kekurangan pasokan, menderita kerugian besar, dan akan menyerahkan operasi kepada tentara reguler pada 10 Mei.
Prigozhin marah dan menuntut amunisi dari Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov.
Dia mempublikasikan video yang menunjukkan Prigozhin berdiri di depan sekitar 30 mayat yang tergeletak di tanah dan mengatakan mereka adalah personel Wagner yang meninggal pada Kamis saja.
"Orang-orang ini adalah ayah dan anak dari seseorang," ujar Prigozhin, sambil menunjuk ke mayat-mayat itu seraya bersumpah, "Ban**at yang tidak memberi kita amunisi akan makan isi perut mereka di neraka."
Baca Juga: Anggota Parlemen Ukraina dan Rusia Baku Hantam usai Bendera Ukraina Dikibarkan
Wagner menjadi ujung tombak perjuangan untuk menguasai Bakhmut, yang merupakan pertempuran terpanjang dan paling berdarah dalam perang ini.
Lebih dari delapan bulan bertempur di sana, Wagner diyakini telah menewaskan ribuan nyawa. Penarikan pasukan oleh Wagner akan menjadi pukulan besar bagi kampanye militer Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kekalahan Wagner dapat membangun dukungan internasional untuk kesepakatan yang dapat menuntut Ukraina melakukan kompromi yang tidak dapat diterima.
Para pejabat Ukraina meragukan klaim Prigozhin tentang kekurangan amunisi. Perwakilan intelijen militer Andrii Cherniak mengatakan kepada Associated Press, Prigozhin mencoba "menggambarkan tindakan mereka yang tidak berhasil" dalam merebut Bakhmut pada 9 Mei.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu belum memberikan respons atas ancaman dari pemimpin perusahaan militer swasta Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin. Namun, Kementerian Pertahanan melaporkan bahwa Shoigu memerintahkan pejabat teratas untuk memastikan pasokan terus menerus senjata dan peralatan militer yang dibutuhkan untuk pasukan Rusia.
Baca Juga: Waduh, Ukraina Tembak Jatuh Drone-nya Sendiri yang Terbang di Dekat Kantor Presiden
Berdasarkan perkiraan dari Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun lalu, Wagner memiliki sekitar 50.000 personel yang berperang di Ukraina, termasuk 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana yang direkrut perusahaan tersebut. Namun, jumlah ini hanya sebagian kecil dari kekuatan tempur Rusia.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan pekan ini bahwa hampir setengah dari 20.000 tentara Rusia yang tewas di Ukraina sejak Desember adalah pejuang Wagner di Bakhmut.
Perselisihan antara Prigozhin dengan jajaran militer Rusia berasal dari pembentukan Wagner kurang dari 10 tahun yang lalu. Selama perang di Ukraina, ia telah secara terbuka menuduh beberapa pejabat militer Rusia sebagai orang yang tidak kompeten, sebuah perilaku yang sangat tidak biasa dalam sistem politik yang ketat di Rusia.
Salah satu jenderal yang dikritik oleh Prigozhin telah dipecat, namun pejabat teratas lainnya tetap memperoleh kepercayaan Kremlin. Pada Januari, Putin menempatkan Valery Gerasimov sebagai pimpinan pasukan Rusia di Ukraina, sebuah langkah yang juga diartikan oleh beberapa pengamat sebagai upaya untuk memangkas pengaruh Prigozhin.
Pada hari Jumat, Prigozhin mengeklaim bahwa tentara Rusia seharusnya melindungi sisi dari serangan pasukan Wagner ketika maju ke depan, tetapi kini hanya mengirimkan "puluhan bahkan cuma ratusan" tentara.
Baca Juga: Pemimpin Wagner Ejek Negaranya Sendiri, Sebut Ancaman Senjata Nuklir Bikin Rusia Seperti Badut
"Pasukan Wagner kehabisan sumber daya untuk maju pada awal April, namun kami tetap maju meskipun sumber daya musuh lima kali lebih banyak dari kami. Karena kekurangan amunisi, kerugian kami meningkat secara eksponensial setiap hari," ujar Prigozhin dalam pernyataannya.
Hanna Maliar, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Jumat kemarin mengatakan artileri Ukraina telah menghancurkan beberapa gudang amunisi Wagner.
Prigozhin datang ke penjara-penjara Rusia untuk merekrut personel tempur, dengan janji pengampunan kepada narapidana jika mereka berhasil bertugas setengah tahun di garis depan bersama Wagner.
Negara-negara Barat dan para ahli PBB menuduh personel tempur Wagner melakukan pelanggaran hak asasi manusia di seluruh Afrika, termasuk di Republik Afrika Tengah, Libya, dan Mali.
Bakhmut, yang terletak sekitar 55 kilometer di utara ibu kota regional yang dikuasai Rusia, Donetsk, memiliki nilai militer taktis bagi Moskow, meskipun para ahli mengatakan bahwa kota ini tidak akan menentukan hasil akhir perang.
Baca Juga: Putra Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov Gabung Tentara Bayaran Rusia Wagner untuk Perang di Ukraina
Sebelum perang, kota ini punya populasi 80.000 jiwa dan merupakan pusat industri yang penting. Namun, kini kota ini telah menjadi kota hantu.
Prigozhin pernah mengancam untuk mundur dari Bakhmut sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan seorang blogger militer Rusia minggu lalu.
Ketika ditanya oleh The AP mengenai pernyataan Prigozhin, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam konferensi persnya pada hari Jumat, mengatakan ia telah melihat laporan media tetapi tidak akan memberikan komentar lebih lanjut.
Kilang minyak Ilyinsky di wilayah Krasnodar selatan Rusia yang berbatasan dengan Semenanjung Krimea yang dikuasai Rusia mengalami serangan drone pada hari Jumat kemarin.
Menurut kantor berita resmi Rusia, Tass, serangan tersebut menyebabkan kebakaran kecil di kilang minyak tersebut. Namun, petugas kedaruratan berhasil memadamkan kebakaran dengan cepat.
Baca Juga: Usai Tuduh Ukraina, Rusia Kini Tuding AS Jadi Dalang Serangan Drone di Kediaman Putin di Kremlin
"Kami dapat mengatasi kebakaran dengan cepat dan tidak ada korban dalam insiden tersebut," kata pejabat kedaruratan seperti dilaporkan oleh Tass.
Ini bukanlah serangan drone pertama terhadap kilang minyak Ilyinsky. Dalam seminggu terakhir, fasilitas minyak di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina dilaporkan sering mengalami serangan drone.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, pejabat Rusia menuduh bahwa Ukraina berada di balik serangan tersebut.
"Kami melihat adanya keterlibatan pihak dari Ukraina dalam serangan-serangan ini," ujar pejabat Rusia yang tidak disebutkan namanya. Sementara itu, Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan drone tersebut.
"Kami tidak terlibat dalam serangan tersebut dan tidak memiliki hubungan dengan itu," kata pejabat Ukraina. Serangan drone terhadap fasilitas minyak di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina terus terjadi dan semakin meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press