> >

Bukan Raja Saya! Kaum Republikan Inggris Ramai Menuntut Penobatan Raja Charles Menjadi yang Terakhir

Kompas dunia | 5 Mei 2023, 05:15 WIB
Hari Sabtu (6/5/2023), lebih dari 1.500 pengunjuk rasa akan mengenakan pakaian kuning agar bisa terlihat jelas, dan berkumpul di samping patung itu untuk berseru "Bukan raja saya!", saat prosesi kerajaan berlalu. Aktivis republikan Inggris sudah lama berjuang membangun momentum menggulingkan 1.000 tahun monarki Inggris, melihat pelantikan ini sebagai momen yang tepat. (Sumber: AP Photo)

Meskipun upacara Charles lebih sederhana, dengan sekitar 2.000 tamu dibandingkan dengan 8.000 undangan yang hadir pada penobatan ratu Elizabeth II tahun 1953, bagi warga Inggris tetap memerlukan biaya besar.

Biaya lengkapnya tidak akan diketahui sampai nanti, tetapi penobatan Elizabeth tahun 1953 membutuhkan biaya 912.000 poundsterling, setara dengan 20,5 juta poundsterling saat ini.

Wakil Perdana Menteri, Oliver Dowden, yang membantu mengawasi persiapan penobatan raja berargumen, "Masyarakat tidak ingin momen bersejarah ini diwarnai oleh suasana yang muram dan kikir". Para pendukung penobatan mengeklaim perayaan tersebut akan meningkatkan citra Inggris, menarik wisatawan, dan merangsang penjualan.

Namun, tidak semua orang setuju.

"Saya tidak setuju," kata Philippa Higgins, seorang resepsionis berusia 24 tahun di London.

"Saya hanya merasa itu terlihat sedikit bodoh ketika kita memiliki begitu banyak orang yang berjuang, untuk memiliki sesuatu yang begitu mewah saat ini. Tapi beberapa orang berargumen tentang tradisi, saya kira."

Oposisi terhadap penobatan yang mewah terutama kuat di Skotlandia dan Wales, di mana beberapa nasionalis pro-kemerdekaan melihat monarki sebagai bagian dari negara Inggris yang ingin mereka tinggalkan.

Baca Juga: Mewahnya Jubah Penobatan Raja Inggris Charles III, Berusia Ratusan Tahun, Terbuat dari Benang Emas

Raja Charles III dan simbolnya. Hari Sabtu (6/5/2023), lebih 1.500 pengunjuk rasa akan mengenakan kaos kuning, dan berkumpul di samping patung raja Charles I yang dipenggal untuk berseru "Bukan raja saya!", saat prosesi penobatan raja Charles berlalu. Aktivis republikan Inggris berjuang menggulingkan 1.000 tahun monarki Inggris, melihat pelantikan ini sebagai momen yang tepat. (Sumber: Straits Times)

Beberapa nasionalis Skotlandia juga mereasa keberatan dengan Batu Takhta, sebuah batu pasir seberat 125 kilogram yang terkait dengan raja-raja Skotlandia dan Inggris, yang dikirim dari Edinburgh ke London untuk diletakkan di bawah kursi penobatan.

Batu ikonik ini, simbol kebangsaan Skotlandia yang dirampas oleh raja Inggris pada abad ke-13 dan tidak dikembalikan hingga tahun 1996, harus dipindahkan ke Westminster Abbey secara diam-diam dan di tengah keamanan ketat.

Charles ingin dilihat sebagai raja modern, dan Istana Buckingham telah menyesuaikan beberapa tradisi kuno penobatan untuk abad ke-21.

Penobatan ini akan menjadi yang pertama yang melibatkan kontribusi dari pemimpin-pemimpin Buddha, Hindu, Yahudi, Muslim, dan Sikh, serta yang pertama yang melibatkan uskup perempuan.

Namun, saran dari Gereja Inggris bahwa orang-orang yang menonton penobatan di TV mungkin ingin bersumpah setia kepada raja dari sofa mereka, membuat beberapa orang merasa tidak enak.

Charles adalah raja dari 14 bekas koloni Inggris, dan akan kelimpahan warisan kekaisaran. Ia mendukung penelitian tentang keterkaitan monarki dengan perdagangan budak trans-Atlantik, dan tahun lalu mengungkapkan "kesedihan pribadi" atas penderitaan yang disebabkan oleh perbudakan, meskipun ia tidak mengeluarkan permintaan maaf.

Baca Juga: Jelang Penobatan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla Digelar Pesta Kebun di Istana Buckingham!

Undangan penobatan Raja Charles III yang dirilis pada Selasa (4/4/2023). Hari Sabtu (6/5/2023), lebih 1.500 pengunjuk rasa akan mengenakan kaos kuning, dan berkumpul di samping patung raja Charles I yang dipenggal untuk berseru "Bukan raja saya!", saat prosesi penobatan raja Charles berlalu. Aktivis republikan Inggris berjuang menggulingkan 1.000 tahun monarki Inggris, melihat pelantikan ini sebagai momen yang tepat. (Sumber: Buckingham Palace via AP)

Jumlah wilayah kerajaan Inggris Raya dibawah Raja Charles III kemungkinan akan berkurang selama masa pemerintahannya. Barbados menjadi republik pada tahun 2021 dan Jamaika berencana melakukan hal yang sama.

Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins mengatakan pekan ini ia ingin negaranya membuang mahkota, meskipun ia menambahkan bahwa itu bukanlah "prioritas mendesak".

Menurut Craig Prescott, seorang ahli hukum konstitusi di Universitas Bangor di Wales, di Inggris, monarki mungkin masih aman untuk saat ini karena kecenderungan Inggris untuk "bergerak maju" dan secara bertahap menyesuaikan politik dan konstitusinya dengan perubahan zaman.

"Jelas, jika Anda akan memulainya dari awal, Anda mungkin tidak akan memilih satu keluarga dan mengatakan, 'Mereka akan menjadi kepala negara selamanya'," katanya.

Namun, pengaturan ini sebagian besar berhasil, dan menghapus mahkota tidak ada di cakrawala dari partai politik mana pun.

Meski demikian, ia melihat bahaya di masa depan jika generasi muda yang telah mengalami tahun-tahun krisis, pandemi, dan tekanan ekonomi terus berjuang.

"Jika monarki mewakili status quo, status quo tidak selalu bagus, dalam hal generasi, bagi sebagian orang," ujar Prescott, "Jika hal ini terus berlanjut, maka itu bisa menjadi masalah bagi banyak lembaga nasional dalam 20 atau 30 tahun ke depan."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU