Pasukan Ukraina Dilaporkan Mundur dari Bakhmut usai Moskow Gencarkan Serangan
Kompas dunia | 14 April 2023, 21:05 WIBBAKHMUT, KOMPAS.TV - Pemerintah Inggris mengatakan pasukan Ukraina terpaksa mundur dari sebagian wilayah Bakhmut saat menghadapi serangan terbaru Rusia, Jumat (14/4/2023). Dalam serangan itu, Moskow menggencarkan serangan sebelum serangan balik yang diharapkan dari Ukraina.
Seperti laporan Straits Times, pejabat Ukraina mengatakan Rusia menarik pasukan dari daerah lain di garis depan untuk membantu serangan besar-besaran atas Bakhmut dengan garis depan pertempuran dimotori tentara bayaran kesatuan Wagner.
Negara-negara Barat sebelumnya menunjukkan perselisihan antara Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) dan pasukan bayaran utama Wagner sebagai kelemahan besar Rusia.
"Rusia memperkuat serangan terhadap kota Bakhmut di Oblast (daerah setingkat provinsi) Donetsk karena pasukan Rusia dan Kelompok Wagner meningkatkan kerja sama," kata militer Inggris dalam catatan tempur harian.
"Pasukan Ukraina menghadapi masalah pasokan ulang yang signifikan tetapi telah mundur secara teratur dari posisi yang terpaksa diserahkannya," kata catatan itu.
Di dekat Bakhmut, tentara dari unit artileri Ukraina memuat peluru ke howitzer era Soviet dan menembakkan ke garis depan, di mana mereka mengatakan Rusia telah mengumpulkan pasukannya.
"Sasaran kami ke arah itu sebagian besar infanteri. Ada konsentrasi besar 'faktor manusia' Federasi Rusia," kata Dmytro, komandan unit artileri berusia 44 tahun.
Meriam menggelegar ketika unit itu menembakkan tiga peluru, yang pertama menemukan sasaran, yang kedua untuk menyesuaikan arah.
Baca Juga: Serbuan Rusia ke Bakhmut Ukraina Pampat, Apa yang Terjadi?
"Yang ketiga selesai. Kemungkinan besar, saya berharap, infanteri yang mereka temukan telah dieliminasi."
Sasaran utama kota Bakhmut, yang berpenduduk 70.000 orang sebelum perang, menjadi sasaran utama Rusia dalam serangan besar-besaran musim dingin yang selama ini hanya memberikan keuntungan sedikit meskipun terjadi pertempuran darat infanteri yang belum pernah terjadi intensitasnya di Eropa sejak Perang Dunia II.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan komandan Rusia mengalihkan pasukannya ke Bakhmut dari daerah lain.
"Musuh menggunakan unit terampilnya di sana dan mencari dukungan dari jumlah artileri dan pesawat yang signifikan," tulisnya di aplikasi pesan Telegram.
"Setiap hari, musuh melakukan 40 hingga 50 operasi pengepungan dan 500 episode penembakan di Bakhmut."
Pembaharuan dari Inggris mengatakan bahwa Ukraina masih menguasai distrik barat kota tersebut, tetapi telah mengalami serangan artileri Rusia yang sangat intens selama 48 jam terakhir.
Unit bayaran Wagner kini fokus merangsek ke pusat Bakhmut, sementara pasukan komando lintas udara Rusia menggantikan mereka dalam serangan tusukan dari samping di sisi kota, kata laporan tersebut.
Baca Juga: Kiev Berkeras, Syarat Perundingan adalah Pasukan Rusia Mundur dari Seluruh Wilayah Ukraina
Institut untuk Studi Perang mengatakan rekaman geolokasi menunjukkan pasukan Rusia maju lebih jauh ke barat ke pusat Bakhmut pada hari sebelumnya dan membuat kemajuan "marginal" di selatan dan barat daya kota.
Merebut kota tersebut akan menjadi kemenangan substansial pertama Rusia dalam delapan bulan. Moskow mengatakan ini akan membuka jalan untuk merebut lebih banyak wilayah di wilayah Donbas di timur Ukraina, yang merupakan tujuan perang utama mereka.
Setelah terjadi kemajuan besar-besaran Ukraina pada paruh kedua tahun 2022, garis depan hampir tidak bergerak selama lima bulan terakhir, meskipun terjadi serangan besar-besaran Rusia.
"Kami menyiapkan anak-anak kami," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam sebuah video yang diunggah pada Kamis malam. "Kami menantikan pengiriman senjata yang dijanjikan oleh mitra kami. Kami akan membawa kemenangan semakin sedekat mungkin."
Ukraina sebelumnya terlihat akan meninggalkan Bakhmut pada akhir Februari, tetapi mengumumkan pada bulan Maret bahwa mereka akan terus bertahan di sana, dengan alasan kota yang sebagian besar hancur itu layak untuk dipertahankan karena kerugian yang ditimbulkan pada orang Rusia yang mencoba menyerangnya.
Kedua belah pihak mengatakan mereka menimbulkan kerugian besar. Dokumen intelijen AS yang bocor pekan lalu mengatakan Rusia telah kehilangan 35.500-43.000 tentara tewas, sementara Ukraina kehilangan 15.500-17.500, antara sepertiga dan setengah jumlah yang sama.
Ribuan, bahkan puluhan ribu warga sipil Ukraina juga telah tewas di seluruh negara sejak Rusia melancarkan invasi pada Februari tahun lalu. Moskow mengeklaim perang itu diperlukan untuk melindungi Rusia dari ancaman keamanan. Kiev dan Barat menyebutnya sebagai perang tanpa alasan untuk menaklukkan sebuah negara yang merdeka.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times