Manusia Ternyata Sudah Menunggang Kuda sejak 5.000 Tahun Lalu, Begini Sejarahnya
Kompas dunia | 5 Maret 2023, 06:00 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pemberitaan tentang seorang siswa SMA di Rote Barat Daya, Nusa Tenggara Timur yang menunggang kuda untuk pergi ke sekolah gara-gara motornya mogok, ramai berseliweran di media sosial pekan ini.
Tetapi tahukah Anda, kapan manusia menunggang kuda untuk pertama kali dalam sejarah?
Studi terbaru menunjukkan bahwa umat manusia sudah menunggang kuda seawalnya sekitar 5.000 tahun lalu. Kesimpulan tersebut diungkapkan oleh tim ilmuwan yang meneliti tulang-belulang manusia di kawasan Eropa Tengah.
Kemampuan menunggang kuda sendiri disebut sebagai salah satu inovasi yang mengubah sejarah umat manusia. Kaum penunggang kuda terawal yang diketahui peneliti adalah Yamnaya, berasal dari wilayah yang kini menjadi Ukraina dan barat Rusia.
"Ketika Anda naik kuda dan menungganginya dengan cepat, itu suatu sensasi tersendiri. Saya yakin manusia kuno merasakan hal yang sama," kata David Anthony, salah satu penulis studi tersebut sekaligus arkeolog di Hartwick College Amerika Serikat (AS).
"Menunggang kuda adalah cara tercepat manusia bepergian sebelum rel kereta ada," lanjutnya.
Tim peneliti yang juga beranggotakan Anthony menganalisis lebih dari 200 tulang-belulang manusia dari Zaman Perunggu, koleksi museum di Bulgaria, Polandia, Rumania, Hungaria, dan Republik Ceko.
Baca Juga: Siswa SMA di NTT Berkuda ke Sekolah, Kepala Sekolah: Tak Berkaitan dengan Kebijakan Masuk Jam 5 Pagi
Ilmuwan mencari "sindrom penunggang kuda", enam markah yang mengindikasikan bahwa seseorang kemungkinan penunggang binatang. Markah ini termasuk karakteristik tertentu di rongga tulang pinggul, tulang paha, dan tulang panggul.
"Anda bisa membaca tulang-belulang seperti biografi," kata Martin Trautmann, arkeolog dari Universitas Helsinki Finlandia yang juga terlibat penelitian penunggang kuda.
Hasilnya, tim peneliti ini mengidentifikasi lima terduga penungang kuda yang hidup sekitar 4.500-5.000 tahun yang lalu dari komunitas Yamnaya. Studi ini kemudian dipublikasikan di Jurnal Science Advances pada Jumat (3/3/2023).
Arkeolog Universitas Exeter Inggris Raya Alan Outram memuji penelitian tersebut sebagai ilmuwan yang tidak terlibat di dalamnya. Alan mengapresiasi bukti baru yang dimuat studi itu.
"Sudah ada bukti lebih awal mengenai pemanfaatan dan pemerahan kuda, tetapi ini adalah bukti langsung terawal untuk penunggang kuda sejauh ini," kata Alan.
Sebelumnya, arkeolog telah menemukan bukti bahwa manusia mengonsumsi susu kuda dan indikasi penggembalaan kuda lebih dari 5.000 tahun lalu. Namun, bukti itu tidak mengindikasikan bahwa manusia bisa menunggang kuda.
Kaum Yamnaya sendiri sebelumnya dikenal dengan tinggalan gundukan makam yang unik. Kuda yang didomestikasi Yamnaya diyakini berbeda dengan kuda modern, diduga lebih intoleran kepada manusia.
Akan tetapi, kuda Yamnaya disebut bisa jadi leluhur genetis langsung dari kuda modern yang baru muncul beberapa abad setelah masa hidup Yamnaya.
Kaum Yamnaya dikenal berekspansi secara dramatis ke seantero Eurasia hanya dalam beberapa generasi. Arkeolog Universitas Helsinki Volker Heyd menyebut kaum Yamnaya berekspansi ke barat hingga Hungaria dan ke timur hingga Mongolia.
"Penyebaran bahasa Indo-Eropa dikaitkan dengan pergerakan mereka, dan mereka membentuk ulang tatanan genetis Eropa," kata Heyd.
David Anthony menyebut, kemampuan kaum Yamnaya menunggang kuda kemungkinan terkait dengan ekspansi cepatnya di Eurasia.
"Kuda memperluas konsep jarak, Anda mulai memikirkan tempat-tempat yang sebelumnya tak terjangkau menjadi dalam jangkauan," kata Anthony.
Akan tetapi, orang-orang Yamnaya disebut belum tentu menggunakan kuda sebagai tentara berkuda. Pasalnya, kuda Yamnaya dinilai terlalu kurus dan mudah stres untuk situasi tempur.
Meskipun demikian, kuda kemungkinan membuat Yamnaya berkomunikasi dengan lebih efektif, juga membangun aliansi dan mengelola ternak yang menjadi pusat ekonomi mereka.
Baca Juga: Sering Ditampilkan dalam Perayaan Imlek, Ini Sejarah Barongsai dan Makna Warnanya
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press