Amarah Publik Rusia Memuncak atas Tewasnya Puluhan Tentara oleh Ukraina di Makiivka
Krisis rusia ukraina | 4 Januari 2023, 05:45 WIBSAMARA, KOMPAS.TV - Para pelayat di Rusia menyuarakan kesedihan dan kemarahan dalam perkabungan publik yang jarang terjadi. Perkabungan ini digelar untuk menghormati sejumlah besar tentara Rusia yang terbunuh oleh serangan Ukraina pada malam tahun baru.
Dalam pengakuan yang jarang terjadi, Rusia mengatakan, sebanyak 63 prajurit tewas ketika titik penempatan sementara di Makiivka di bagian timur Ukraina yang dikuasai oleh separatis pro-Moskow sejak 2014 diserang Ukraina, seperti laporan Straits Times, Selasa (3/1/2022).
Ukraina mengaku bertanggung jawab atas serangan itu namun mengatakan jumlah korban jauh lebih tinggi.
Sekitar 200 orang meletakkan mawar dan karangan bunga di alun-alun pusat Kota Samara, tempat beberapa prajurit berasal, saat seorang pendeta Ortodoks membacakan doa.
Tentara juga menembakkan senjata pada peringatan tersebut, di mana beberapa pelayat terlihat memegang bendera untuk partai Rusia Bersatu yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.
“Ini sangat sulit, menakutkan. Tapi kita tidak bisa dihancurkan. Kesedihan itu menyatukan,” kata Ekaterina Kolotovkina, kepala kelompok istri tentara pada upacara tersebut.
Baca Juga: Roket HIMARS Ukraina Kiriman AS Hantam Fasilitas Penuh Tentara Rusia di Donetsk, 63 Serdadu Tewas
Media lokal melaporkan acara serupa juga diadakan di bagian lain wilayah Samara.
Kematian tersebut segera memicu kritik online yang keras di Rusia terhadap komando senior angkatan darat, termasuk dari komentator nasionalis yang mendukung intervensi militer Rusia.
Koresponden militer Rusia, yang pengaruhnya meningkat beberapa bulan terakhir, mengatakan ratusan orang bisa saja terbunuh, seraya menuduh komandan tinggi Rusia tidak belajar dari kesalahan masa lalu.
Kemarahan tersebut diperkuat oleh laporan bahwa banyak dari korban adalah tentara cadangan yang baru-baru ini dimobilisasi menjadi tentara.
Ada juga laporan bahwa prajurit ditempatkan di sebelah depot amunisi yang meledak dalam serangan itu, dan beberapa dapat menggunakan ponsel Rusia mereka, sehingga terpantau dan lokasi mereka terlacak pasukan Ukraina.
“Kesimpulan apa yang akan ditarik? Siapa yang akan dihukum?” kata Mikhail Matveyev, anggota Parlemen Rusia yang mewakili Samara, menulis di media sosial.
Baca Juga: Dukung Mobilisasi, Presenter TV Rusia yang Rela Mati di Ukraina: Hidup Itu Overrated
Akun Telegram Rybar, yang memiliki sekitar satu juta pengikut, mengatakan "naif secara kriminal" bagi tentara untuk menyimpan amunisi di samping asrama tentara di medan tempur.
Putin belum memberi reaksi atas serangan terhadap pasukan Rusia di Makiivka, yang terjadi selama musim liburan sebelum Natal Ortodoks, yang dilakukan banyak orang Rusia dengan keluarga mereka.
Pada pertemuan di Samara, Kolotovkina, istri seorang jenderal, mengatakan dia meminta suaminya untuk "membalas" para korban.
“Kita akan menghancurkan musuh bersama. Kami tidak punya pilihan,” katanya kepada para pelayat.
Kementerian Pertahanan mengatakan serangan itu dilakukan oleh sistem roket Himars yang dipasok ke Ukraina oleh Amerika Serikat.
Sistem ini memungkinkan pasukan Ukraina menyerang lebih dalam ke wilayah yang dikuasai Rusia dan dipandang berjasa dalam serangkaian upaya mengubah arah medan perang yang merugikan Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Tuduh Kishida Percepat Militerisasi Jepang, Rusia Ancam Siapkan Tindakan Balasan
Sementara itu, Ukraina mengatakan mereka menghadapi gelombang serangan drone dan rudal Rusia sejak malam tahun baru, terutama menargetkan energi dan infrastruktur penting lainnya.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan tentara menembak jatuh 80 drone buatan Iran hari Minggu dan Senin.
Tetapi pertempuran terberat terjadi di sekitar kota Bakhmut di Ukraina timur – sebuah lokasi dengan sedikit kepentingan strategis yang coba direbut oleh pasukan Rusia yang dipimpin oleh kelompok tentara bayaran Wagner selama berbulan-bulan.
Kepala Wagner Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang dekat dengan Putin, mengakui dalam sebuah wawancara bahwa pertempuran itu sulit dan mengeklaim bahwa pasukan Ukraina telah mengubah "setiap rumah menjadi benteng".
Prigozhin mengatakan kepada kantor berita Rusia Ria-Novosti dalam sebuah wawancara pada hari Selasa bahwa orang-orangnya terkadang bertempur “beberapa minggu untuk satu rumah”.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Straits Times