Malaysia Perketat Pemeriksaan Gejala Covid-19 di Bandara dan Uji Air Limbah Pesawat dari China
Kompas dunia | 30 Desember 2022, 20:55 WIB
KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV – Malaysia memperketat pengawasan di titik masuk internasionalnya untuk menyaring pelancong yang mengalami demam dan gejala Covid-19 termasuk dengan menguji sampel air limbah dari pesawat yang datang dari China.
Hal itu dilakukan di tengah melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di China.
Seperti dilaporkan Straits Times, Jumat, (30/12/2022), Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan sampel air limbah akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional untuk pengujian reaksi berantai polimerase sebelum dikirim untuk pengurutan genom jika hasilnya positif Covid-19.
“Semua pelancong yang datang dari luar negeri, termasuk China, di titik masuk internasional akan menjalani pemeriksaan demam," kata Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa, Jumat.
"Mereka yang terdeteksi demam, bergejala, atau melalui pernyataan diri, akan dirujuk ke pusat karantina atau otoritas kesehatan untuk pemeriksaan ulang. Jika ada dugaan Covid-19, akan dilakukan tes.”
“Untuk meningkatkan deteksi varian baru, semua kasus penyakit seperti influenza dan infeksi pernapasan akut yang parah di fasilitas kesehatan dengan riwayat perjalanan ke China dalam 14 hari terakhir, atau dengan kontak apa pun dengan individu dengan riwayat perjalanan ke China selama 14 hari terakhir, akan dites dengan RTK-Ag (antigen rapid test kit) test Covid-19 dan selanjutnya genome sequencing jika ditemukan positif Covid-19,” imbuhnya.
Langkah-langkah pencegahan tambahan diumumkan untuk menangani potensi peningkatan jumlah pelancong dari China setelah negara itu baru-baru ini membuka kembali perbatasannya untuk perjalanan internasional mulai 8 Januari 2023, setelah hampir tiga tahun mengisolasi diri.
Perbatasan China ditutup secara efektif sejak Februari 2020 karena negara tersebut mempertahankan kebijakan nol-Covid.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di China Mencurigakan, Dunia Mulai Khawatir, Beijing Kembali Dituding Tak Transparan
Berdasarkan angka resmi yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan ada 148.659 infeksi Covid-19 baru dan 442 kematian baru di China pada 11 hingga 17 Desember 2022.
Menyusul keputusan China untuk membuka kembali perbatasannya, Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke pada Jumat mengatakan, Malaysia akan mengalami lonjakan permintaan penerbangan.
Menurut sebuah laporan, Malaysia adalah salah satu dari sepuluh negara teratas yang ingin dikunjungi warga negara China.
Para pelaku industri pariwisata Malaysia pada Kamis (29/12/2022), mengungkapkan keinginan untuk menerima pengunjung dari China menyusul relaksasi tersebut.
Asosiasi Pariwisata Masuk Malaysia (Mita) mengatakan keputusan Beijing untuk menghapus karantina bagi para pelancong dan membuka kembali perbatasannya diharapkan dapat membawa tiga juta wisatawan ke Malaysia, yang akan membantu meningkatkan perekonomian.
Presiden Mita Uzaidi Udanis mengatakan kepada wartawan, "China sangat penting" karena memiliki "volume besar" dan orang China adalah pembelanja besar.
Baca Juga: 6 Negara Perketat Aturan untuk Warga China karena Covid-19, Indonesia: Masih Kami Kaji
“Ini akan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi perekonomian Malaysia,” katanya, mencatat industri akan mematuhi protokol kesehatan apa pun karena “kesehatan yang baik berarti bisnis yang baik”.
Meskipun pelaku industri mengharapkan satu juta pelancong dari China pada tahun 2023, jumlah kasus Covid-19 yang melonjak di sana dan meningkatnya risiko munculnya varian baru membuat mereka tetap waspada.
Asosiasi Badan Pariwisata Malaysia (Mata) pada Kamis mendesak pemerintah untuk menghentikan sementara masuknya wisatawan dari China hingga kasus harian Covid-19 di negara tersebut turun.
“Kita semua sadar rumah sakit di seluruh China menghadapi ledakan kasus Covid-19 menyusul keputusan Beijing untuk mencabut peraturan ketatnya,” kata Presiden Mata Mohd Khalid Harun, menahan optimisme akan terangkatnya industri pariwisata setempat menyusul pelonggaran aturan di China.
“Trauma yang dialami para pelaku industri pariwisata akibat wabah Covid-19 belum juga teratasi. Faktanya, banyak biro perjalanan dan hotel yang tutup karena virus tersebut, yang menimbulkan kerugian miliaran ringgit dalam dua tahun terakhir,” tambahnya.
Ia menyarankan para pelaku industri mengalihkan fokusnya ke wisatawan dari Timur Tengah dan Eropa, tanpa mengandalkan pengunjung dari China untuk saat ini.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Straits Times