Enggak Main-Main, Putin Ancam Potong Produksi Minyak Rusia, Murka karena Barat Batasi Harga
Kompas dunia | 10 Desember 2022, 05:50 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia, pengekspor energi terbesar di dunia, mengancam bisa memangkas produksi minyak.
Bahkan Presiden Vladimir Putin seperti laporan Straits Times, Jumat (9/12/2022), bakal menolak untuk menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batasan harga "bodoh" Barat pada minyak Rusia.
Seperti diketahui, Kelompok Tujuh yang menjadi kekuatan utama G7, Uni Eropa dan Australia, yang berusaha mengekang kemampuan Moskow untuk mendanai perang Ukraina, pekan lalu menyepakati batas harga US$60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia setelah anggota Uni Eropa mengatasi perlawanan dari Polandia.
"Mengenai reaksi kami, saya mengatakan kami tidak akan menjual ke negara-negara yang membuat keputusan seperti itu," kata Putin kepada wartawan pada konferensi pers di ibu kota Kyrgyzstan, Bishkek, setelah pertemuan puncak.
"Kami akan memikirkan, mungkin, bahkan tentang kemungkinan, jika perlu pengurangan produksi."
Putin, yang memerintah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi dan pengekspor gas terbesar dunia mengatakan Rusia punya perjanjian produksi dengan anggota lain dari klub produsen minyak OPEC+, jadi langkah drastis seperti itu masih mungkin terjadi. OPEC+ terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak plus sekutu termasuk Rusia.
“Kami sedang memikirkan hal ini, belum ada solusi. Dan langkah konkret akan dituangkan dalam keputusan dari Presiden Rusia yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan,” kata Putin.
Baca Juga: Akhirnya, Rusia Tukar Pebasket AS Brittney Griner yang Ditahan dengan Pedagang Senjata Viktor Bout
Batas harga tidak akan punya konsekuensi negatif pada pendapatan Rusia karena ambang batas US$60 per barel yang diperkenalkan oleh negara-negara Barat “sesuai dengan harga yang kami jual hari ini”, kata Putin.
“Kami sudah menjual sekitar harga ini, jadi jangan khawatir tentang anggaran.”
Minyak mentah Ural andalan Rusia yang diekspor dari pelabuhan Baltik Primorsk dinilai pada US$41,59 per barel pada Kamis (8/12), menurut data dari Argus Media, yang angkanya digunakan pemerintah Rusia untuk menghitung bea ekspor.
Namun, harga campuran minyak mentah ESPO Rusia di Asia bertahan jauh di atas batas Barat, diperdagangkan pada US$67,11 per barel pada hari Kamis.
Putin memperingatkan, “Semua ini pada tahap tertentu akan menyebabkan lonjakan harga yang dahsyat dan runtuhnya sektor energi global. Ini adalah proposal yang bodoh, disalahpahami dan dipikirkan dengan buruk.”
Mengenai "operasi khusus" Rusia di Ukraina, dia mengatakan Moskow kemungkinan besar harus mencapai kesepakatan mengenai Ukraina di masa depan, tetapi merasa dikhianati oleh gagalnya kesepakatan Minsk.
“Kepercayaan, tentu saja, hampir nol... tetapi pada akhirnya, kesepakatan harus dicapai. Saya mengatakan berkali-kali bahwa kami siap untuk perjanjian ini, dan kami terbuka untuk mereka," ungkap Putin.
Dia mengatakan Jerman dan Prancis, yang menengahi perjanjian gencatan senjata di ibu kota Belarusia Minsk antara Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur pada 2014 dan 2015 mengkhianati Rusia dan sekarang memompa Ukraina dengan senjata.
Baca Juga: Menlu Rusia Klaim Belasan Negara Tertarik Gabung BRICS, Impian Moskow Saingi G7 Terwujud?
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di majalah Zeit Jerman, Rabu (7/12), mantan kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan perjanjian Minsk adalah upaya "memberi Ukraina waktu" untuk membangun pertahanannya.
Putin pun mengaku kecewa dengan komentar Merkel tersebut.
Sementara itu, di medan perang, pasukan Rusia menghujani seluruh garis depan di wilayah Donetsk di Ukraina timur dengan artileri dan peluru kendali, kata para pejabat Ukraina, bagian dari apa yang tampaknya menjadi ambisi Kremlin untuk mengamankan hanya sebagian besar wilayah yang diklaimnya. Pertempuran paling sengit terjadi di dekat kota Bakhmut dan Avdiivka.
Pada konferensi pers, Putin mengatakan pertukaran tahanan lebih lanjut antara Amerika Serikat dan Rusia dimungkinkan, dan kontak antara dinas intelijen mereka akan terus berlanjut.
Komentarnya muncul setelah AS membebaskan pedagang senjata Rusia Viktor Bout dengan imbalan pemain bola basket AS Brittney Griner dalam pertukaran tahanan paling terkenal antara kedua negara selama bertahun-tahun.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Straits Times