Gunung Mauna Loa di Hawaii Meletus, Warga Diminta untuk Siaga Bencana
Kompas dunia | 29 November 2022, 05:55 WIBHONOLULU, KOMPAS.TV — Gelombang berwarna jingga, lahar pijar, dan abu berasap menyembur dari gunung berapi aktif terbesar di dunia, Mauna Loa, Senin (28/11/2022). Warga yang tinggal di Pulau Besar Hawaii diperingatkan untuk bersiap-siap seandainya puing-puing gunung meletus yang bisa mengancam nyawa mereka.
Letusan Mauna Loa saat ini belum mengancam kota-kota, tetapi para pejabat mengatakan kepada penduduk untuk bersiap menghadapi situasi yang lebih buruk.
Banyak yang belum berada di sana saat Mauna Loa terakhir meletus 38 tahun lalu. Survei Geologi AS (USGS) memperingatkan sekitar 200.000 orang di Pulau Besar bahwa letusan bisa sangat dinamis, dan lokasi serta aliran lava dapat berubah dengan cepat.
Penduduk yang telah lama tinggal di Pulau Besar, Bobby Camara, mengatakan semua orang di seluruh pulau harus waspada dan memantau letusan tersebut.
"Saya pikir semua orang harus sedikit khawatir," katanya. "Kami tidak tahu ke mana aliran itu pergi, kami tidak tahu berapa lama itu akan berlangsung."
Baca Juga: 26 Agustus 1883: Krakatau Meletus, 30 Ribu Kali Lebih Dahsyat dari Bom Hiroshima
Dia berkata dia telah melihat tiga letusan Mauna Loa dalam hidupnya dan tahu bahwa orang harus cepat bersiap-siap.
Letusan dimulai Minggu larut malam setelah serangkaian gempa bumi yang cukup besar, kata Ken Hon, ilmuwan yang bertanggung jawab di Observatorium Gunung Api Hawaii.
Ada lonjakan pembangunan di Pulau Besar dalam beberapa dekade terakhir — populasinya meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 92.000 pada tahun 1980.
Kota-kota terbesar di pulau itu adalah Kailua-Kona di sebelah barat gunung berapi, yang berpenduduk sekitar 23.000 orang, dan Hilo di sebelah timur, dengan sekitar 45.000 orang. Para pejabat paling mengkhawatirkan beberapa subdivisi yang berada sekitar 30 mil di selatan gunung berapi, yang menampung sekitar 5.000 orang.
Sebuah video selang waktu letusan dari semalam menunjukkan lahar menerangi satu area, bergerak melintasinya seperti gelombang di lautan.
Survei Geologi AS mengatakan bahwa letusan telah bermigrasi ke zona keretakan di sisi timur laut gunung berapi. Zona keretakan adalah tempat batuan gunung retak dan relatif lemah sehingga memudahkan magma untuk muncul.
Letusan dari timur laut dapat mengirimkan lahar ke kursi kabupaten Hilo atau kota-kota lain di Hawaii Timur, tetapi lava membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mencapai daerah berpenduduk. Ada kemungkinan letusan nantinya dapat bergeser ke zona keretakan di sisi barat daya. Lava yang muncul dari daerah ini dapat mencapai masyarakat sekitar dalam hitungan jam atau hari.
“Kami tidak ingin mencoba menebak-nebak gunung berapi itu,” kata Hon. "Kita harus membiarkannya benar-benar menunjukkan kepada kita apa yang akan dilakukan dan kemudian kita memberi tahu orang-orang tentang apa yang terjadi secepatnya," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Pertahanan Sipil Kabupaten Hawaii mengumumkan bahwa mereka telah membuka tempat perlindungan karena ada laporan tentang orang-orang yang dievakuasi dari sepanjang pantai atas inisiatif mereka sendiri.
“Letusan rata-rata Mauna Loa biasanya tidak berkepanjangan, hanya berlangsung beberapa minggu,” kata Hon.
“Biasanya, letusan Mauna Loa dimulai dengan volume terberat terlebih dahulu,” kata Hon. "Setelah beberapa hari, letusan itu mulai sedikit tenang."
Baca Juga: Gunung Ile Lewotolok di NTT Kembali Meletus, Masyarakat Diminta Waspada
USGS memperingatkan penduduk yang berisiko terkena aliran lahar Mauna Loa untuk meninjau kembali persiapan letusan mereka. Para ilmuwan telah waspada karena lonjakan gempa baru-baru ini terjadi di puncak gunung berapi, yang terakhir meletus pada tahun 1984.
Mauna Loa adalah salah satu dari lima gunung berapi yang membentuk Pulau Besar Hawaii, yang merupakan pulau paling selatan di kepulauan Hawaii.
Mauna Loa, dengan ketinggian 4.169 meter di atas permukaan laut, adalah tetangga Gunung Kilauea yang jauh lebih besar, yang meletus di lingkungan perumahan dan menghancurkan 700 rumah pada tahun 2018. Beberapa lerengnya jauh lebih curam daripada Kilauea, sehingga lahar dapat mengalir lebih cepat ke banyak tempat saat meletus.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : The Associated Press