Kisah Pekerja Pesan Antar Bermotor di China saat Lockdown Covid: Lelah Jiwa Raga, Pulang Tidak Bisa
Kompas dunia | 28 November 2022, 14:39 WIBSetelah selesai bekerja seharian, dia menyelusup pulang kembali di bawah tabir pekat kegelapan.
"Saya tidak punya pilihan. Jika saya tidak cari uang, saya tidak bisa membayar kontrakan," kata penduduk asli provinsi industri Shanxi di wilayah utara China itu.
"Banyak pengantar bermotor tidak punya tempat tinggal saat ini," katanya di luar blok kantor yang sepi pada sore musim dingin yang menggigilkan kalbu, minggu lalu, seperti dikutip France24.
"Saya benar-benar tidak puas dengan pemerintah China, karena negara lain tidak lagi ketat tentang Covid," katanya.
"Kita akan berusaha sangat keras... dan aku rasa itu tidak perlu, karena tidak ada yang mati karenanya."
Nama lengkap Wang dirahasiakan untuk melindunginya dari potensi dampak karena melanggar lockdown dan mengkritik negara.
Baca Juga: Protes atas Kerasnya Pengendalian Covid-19 di China Menyebar ke Shanghai dan Kota-Kota Lain
Tidur Menggelandang
Ketika lockdown membayangi kompleks perumahan Gu Qiang minggu lalu, pengemudi Meituan itu memilih untuk tidur di mobilnya.
"Menghabiskan 30 yuan untuk menjaga mesin menyala sepanjang malam masih lebih murah daripada membayar kamar hotel," kata penduduk asli wilayah China bagian timur laut itu.
"Beberapa teman saya tinggal di luar rumah, mereka tidak berani pulang."
Beberapa kurir yang diwawancarai menggambarkan beban kerja yang lebih berat dalam beberapa pekan terakhir karena lockdown membuat perusahaan mereka kekurangan tenaga kerja.
Sementara beberapa orang mengatakan mereka senang menerima pesanan ekstra yang menghasilkan uang.
Sebagian besar mengatakan mereka menjalani jam kerja yang lebih lama, stres yang meningkat, dan lebih banyak interaksi negatif dengan pelanggan.
Mereka juga mengatakan belum menerima dukungan tambahan dari Meituan atau perusahaan yang telah dialihdayakan layanan pengirimannya.
Pihak berwenang tahun lalu meluncurkan penyelidikan terhadap platform pengiriman makanan menyusul klaim praktik tenaga kerja yang eksploitatif termasuk algoritma yang secara efektif memaksa kurir untuk mengemudi secara berbahaya untuk memenuhi waktu pengiriman yang ketat.
Meituan tidak menanggapi permintaan komentar.
Tetapi perusahaan itu mengatakan kepada surat kabar yang dikelola pemerintah, China Daily, pekan lalu bahwa mereka membayar kamar hotel untuk beberapa pekerja yang telantar dan menerima permintaan bantuan dari kurir dalam situasi serupa.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/France24