Direktur CIA Burns Bertemu Bos Intelijen Rusia di Turki, Bahas Apa
Krisis rusia ukraina | 15 November 2022, 02:05 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Direktur CIA Bill Burns akan bertemu mitranya bos intelijen Rusia SVR Sergei Naryshkin pada hari Senin (14/11/2022) di Ankara, Turki.
Laporan Associated Press, Senin, informasi ini diperoleh dari salah satu pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Pejabat itu, yang tidak berwenang untuk berkomentar secara terbuka dan berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Burns dan Sergei Naryshkin, kepala agen mata-mata Rusia SVR, tidak akan membahas penyelesaian perang di Ukraina.
Burns diperkirakan akan mengangkat kasus bintang Phoenix Mercury Brittney Griner dan eksekutif keamanan perusahaan Michigan Paul Whelan, dua orang Amerika yang ditahan di Rusia. Pemerintahan Biden selama ini menekan agar keduanya dibebaskan dalam pertukaran tahanan.
Pertemuan Burns-Naryshkin menandai pertemuan tatap muka tingkat tinggi antara pejabat AS dan Rusia sejak sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan serangan ke Ukraina bulan Februari.
Pejabat AS mengatakan, pejabat Ukraina diberi pengarahan sebelum perjalanan Burns ke Turki.
Presiden Joe Biden, setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia, mengatakan kepada wartawan bahwa mereka membahas perang Rusia di Ukraina.
Baca Juga: Jelang KTT G20, Menkeu AS Ungkap Cara Terbaik Akhiri Gejolak Ekonomi Global: Akhiri Perang Ukraina
Biden menambahkan, "Menegaskan kembali keyakinan kita bersama bahwa ancaman penggunaan senjata nuklir sama sekali tidak dapat diterima."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin mengatakan dia tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal laporan pembicaraan AS-Rusia di Turki.
Dua pejabat Turki mengatakan mereka tidak mengetahui tentang pertemuan antara delegasi AS dan Rusia. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Biden, seorang Demokrat, bulan lalu menyatakan bahwa risiko "Kiamat" nuklir berada pada tingkat tertinggi sejak krisis rudal Kuba tahun 1962, karena pejabat Rusia meningkatkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis setelah mengalami kemunduran besar dalam serangan ke Ukraina yang sudah berlangsung hampir sembilan bulan.
Sementara pejabat AS selama berbulan-bulan memperingatkan tentang prospek bahwa Rusia dapat menggunakan senjata pemusnah massal di Ukraina karena menghadapi kemunduran strategis di medan perang, pejabat pemerintah Biden berulang kali mengatakan tidak ada yang berubah dalam penilaian intelijen AS, di mana Putin dipantau belum punya rencana dalam waktu dekat untuk menyebarkan senjata nuklir.
Pejabat itu menambahkan, tidak ada perubahan dalam penilaian intelijen AS dan menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang waktu keputusan mengirim Burns untuk bertemu dengan Naryshkin.
Baca Juga: Pejabat AS: China Malu atas Kelakuan Rusia di Ukraina, PM Tekankan Penghormatan terhadap Kedaulatan
Putin dituding berulang kali menyinggung penggunaan persenjataan nuklir, termasuk pada bulan September ketika dia mengumumkan rencana untuk mewajibkan pria Rusia untuk bertugas di Ukraina.
Biden berusaha memperjelas bahwa penggunaan senjata taktis berdampak rendah dapat dengan cepat lepas kendali menjadi kehancuran global.
Berbicara pada konferensi pakar kebijakan luar negeri internasional akhir bulan lalu, Putin mengatakan tidak ada gunanya Rusia menyerang Ukraina dengan senjata nuklir.
"Kami melihat tidak perlu untuk itu," kata Putin. "Tidak ada gunanya, baik politik maupun militer."
Biden mengirim Burns, mantan duta besar AS untuk Rusia, ke Moskow pada musim gugur lalu ketika komunitas intelijen AS melihat tanda-tanda bahwa Putin sedang bersiap untuk menyerang Ukraina.
Perjalanan kepala CIA biasanya tertutup rapat, tetapi Gedung Putih, seperti yang dilakukan tahun lalu, telah membuat perhitungan bahwa sebaiknya interaksi Burns dengan kepala mata-mata Rusia diketahui secara luas.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press