> >

Kebangkitan ISIS Ternyata Telah Diprediksi Intelijen AS Dua Tahun Lalu

Kompas dunia | 17 September 2022, 05:30 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris menghadiri rapat bersama tim keamanan nasional AS di Gedung Putih, Washington, 2 Februari 2022. (Sumber: Adam Schultz/Publikasi Gedung Putih via AP)

Akan tetapi, di teritori AS, serangan kemungkinan besar terjadi oleh orang yang terinspirasi ideologi ekstremis dibanding plot serangan yang direncanakan atau didukung ISIS.

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Guncang Kedubes Rusia di Kabul, Dua Diplomat Moskow dan Sejumlah Warga Tewas

Kalangan pakar umumnya sepakat dengan prediksi laporan tersebut. Pakar kontraterorisme asal AS, Colin Clarke merujuk sejumlah insiden yang menunjukkan kebangkitan ISIS belakangan ini.

Dua insiden yang disorot Clarke adalah pengeboman Kedutaan Besar Rusia di Kabul serta pertempuran antara pasukan pemberontak Suriah yang didukung AS lawan ISIS di sebuah kamp.

Walaupun telah menarik pasukan dari Afghanistan, Presiden AS Joe Biden mengeklaim pihaknya masih memiliki kapasitas kontraterorisme “di atas horison.”

Dewan Keamanan Nasional AS pun dilaporkan berupaya menjegal kebangkitan Afghanistan dengan cara memblokir akses pendanaan serta menghalau kombatan luar negeri yang ingin mencapai Afghanistan dan sekitarnya.

Mengenai ancaman ISIS, AS juga masih aktif meluncurkan operasi antiteror, salah satunya adalah membunuh pemimpin Al-Qaida, Ayman Al-Zawahri, di barat laut Suriah pada Februari lalu.

“Fakta dari adanya operasi-operasi itu, saya kira, mencerminkan betapa seriusnya lingkungan ancaman (terorisme) ini,” kata Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS Christy Abizaid.

Baca Juga: HUT ke-77 TNI AL, Tampilkan Aksi Denjaka Tangkap Teroris Hingga Pembebasan Sandera di Atas Kapal

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU