> >

Ratu Elizabeth II Dikritik Kaburkan Sejarah Berdarah Kolonialisasi, Dubes Inggris Membelanya

Kompas dunia | 10 September 2022, 12:08 WIB
Dubes Inggris untuk Amerika Serikat (AS) Dame Karen Pierce membela Ratu Elizabeth II yang dikritik terkait sejarah berdarah kolonialisasi Inggris. (Sumber: Chris Jackson/Pool Photo via AP)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat (AS) Dame Karen Pierce membela Ratu Elizabeth II yang dikritik terkait kolonialisasi Inggris.

Sebelumnya profesor sejarah Universitas Harvard, Maya Jasanoff, dalam tulisannya di New York Times mengkritik monarki Inggris dan Ratu Elizabeth II.

Ia mengungkapkan kerajaan Inggris dan Ratu Elizabeth II telah membantu menutupi sejarah berdarah kolonialiasi Inggris.

Tulisan Jasanoff itu muncul setelah Ratu Elizabeth II meninggal di usia 96 tahun, Kamis (8/9/2022), setelah memimpin Inggris selama 70 tahun.

Baca Juga: Wow! Wanita Ini Ngaku Lihat Awan Membentuk Sosok Ratu Elizabeth II Tak Lama usai Pemimpin Itu Wafat

Pierce menegaskan, Ratu Elizabeth II telah berperan dalam menerjemahkan kerajaan Inggris sebagai sebuah persemakmuran.

“Saya akan mengatakan bahwa itu adalah transisi yang luar biasa dan sangat positif,” tuturnya kepada CNN, Jumat (9/9/2022).

“Ia telah memimpin cara dari berbagai negara merdeka setelah Perang Dunia II, dan kemudian bergabung dengan persemakmuran berdasarkan pilihan. Saya pikir itu sangat penting,” tambahnya.

Pierce pun mengatakan Ratu Elizabeth II tak memiliki keputusan terkait urusan lembaga eksekutif.

Ratu Elizabeth II juga merupakan pejabat pemerintahan Inggris.

Baca Juga: Gawat! Kim Jong-Un Jadikan Korea Utara Negara Senjata Nuklir, Ditakutkan akan Picu Perang Nuklir

“Ia merupakan monarki konstitusional. Ia tak bertanggung jawab secara langsung atas apa yang mungkin telah terjadi,” katanya.

“Anda tak bisa berpura-pura memiliki sejarah yang berbeda. Hal yang harus dilakukan adalah menghadapi sejarah dalam segala hal, baik dan buruknya,” lanjutnya.

Ratu Elizabeth II menjadi pemimpin Inggris serta kepala negara perempuan paling lama berkuasa sepanjang sejarah.

Selain menjadi kepala negara Inggris, ia juga sempat menjadi pemimpin 32 negara asing, dan saat kematiannya ia masih memimpin 15 di antaranya.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : CNN


TERBARU