> >

Ketika Pena Parker Lebih Tajam dari Pedang, Mengakhiri Perang Dunia II Sampai Indonesia Merdeka

Kompas dunia | 15 Agustus 2022, 05:29 WIB
Jenderal Dwight D. Eisenhower, perwira militer Amerika Serikat, memegang pena Parker 51 dalam prosesi penyerahan Jerman kepada Sekutu di Reims, Prancis, 7 Mei 1945. (Sumber: National Archives and Records Administration)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Saat ini  banyak orang sulit membedakan kata pena  dengan pulpen dan bolpen, tanpa bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Tidak demikian jika garis waktu ditarik mundur menuju seabad lalu, ketika George Safford Parker mendirikan perusahaan pena Wisconsin Parker Pen Company. Perusahaan besutan Parker itu, di kemudian hari memproduksi pena paling berjasa bagi umat manusia.

Dikenal "lebih tajam" dari pedang, jejak pena Parker merembes abadi dalam piagam penyerahan Jerman dan Jepang terhadap Sekutu, peristiwa yang menandai berakhirnya Perang Dunia II.

"Jenderal Dwight D. Eisenhower dan Jenderal Douglas MacArthur adalah orang-orang dengan kepribadian yang sangat berbeda, tetapi keduanya menggunakan merek pena yang sama untuk dokumen penyerahan (Jerman dan Jepang) pada 1945. Setiap pena mewakili kepribadian pemiliknya," ungkap laman Museum Nasional Perang Dunia II.

Baca Juga: Ditjen Imigrasi Minta Akomodir Permohonan Tanda Tangan pada Paspor Desain Baru yang Ditolak Jerman

Masih dari sumber yang sama, dikisahkan Jenderal Dwight D. Eisenhower, perwira militer Amerika Serikat, menerima penyerahan Jerman kepada Sekutu di Reims, Prancis, pada 7 Mei 1945. Saat itu pihak Jerman diwakili Laksamana Karl Doenitz.

Keduanya menandatangani perjanjian penyerahan dengan pena Parker model 51 keluaran 1945.

Eisenhower, di kemudian hari menjadi Presiden AS ke 34 yang menjabat pada periode 1953 hingga 1961. Sementara itu, Karl Doenitz ditunjuk sebagai Presiden Jerman ke-4 selepas meninggalnya Adolf Hitler.

Pena Parker 51 edisi 1945 yang digunakan dalam penandatanganan penyerahan Jerman pada Sekutu di Reims, Prancis, 7 Mei 1945. (Sumber: National Archives and Records Administration)

Kurang dari empat bulan setelah Jerman menyerah, giliran Jepang, anggota Blok Poros yang menyerah pada Blok Sekutu. Nippon tak kuasa menahan dua bom Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki, serta serangan militer Uni Soviet yang memaksa mereka menyudahi kedigdayaan di Asia.

Secara lisan, negara yang saat itu dipimpin Kaisar Hirohito menyerah pada 15 Agustus 1945. Namun, perjanjian di atas kertas baru terlaksana pada 2 September 1945, di atas geladak kapal USS Missouri.

Dalam dokumen piagam penyerahan, Sekutu diwakili Jenderal Douglas MacArthur, bersama Mamoru Shigemitsu dari pihak Jepang.

Perjanjian menyerahnya pasukan Hirohito ditandatangani menggunakan pena Parker Duofold keluaran 1928, pena yang besar dibanding pena lain ketika pertama kali diedarkan di pasaran.

Dufold saat itu dibandrol seharga 7 dolar AS, atau setara 100 dolar AS pada 2020, dan jika dikonversi ke mata uang Indonesia saat ini nilainya sekitar Rp1,4 juta.

Penandatanganan perjanjian menyerahnya Jepang kepada Sekutu, menggunakan pena Parker Dufold, di atas kapal USS Missouri, 2 September 1945. (Sumber: National Archives and Records Administration)

Dua model pena besutan Parker itu, menandai berakhirnya Perang Dunia II yang berlangsung kurang lebih sepanjang enam tahun (1939-1945).

Akhir Perang Dunia II jadi momentum bagi banyak negara untuk memerdekakan diri.

Salah satunya Republik Indonesia, ketika Soekarno membaca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dua hari selepas Jepang menyerah kepada sekutu secara lisan. Hingga kini 17 Agustus dikenal sebagai Hari Ulang Tahun Republik Indonesia atau HUT RI.

Baca Juga: 5 Peristiwa Penting pada 15 Agustus: Kosongnya Kekuasaan di Indonesia saat Jepang Menyerah ke Sekutu

Peran pena yang saat ini tidak terlalu banyak digunakan, ternyata punya peran  besar dalam sejarah dunia.

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU