Kisah Cinta Shinzo Abe dan Akie Abe, yang Kini Nelangsa Sendiri
Kompas dunia | 9 Juli 2022, 22:30 WIBSINGAPURA, KOMPAS.TV - Orang hanya bisa menebak apa yang berkecamuk di batin Akie Abe pada Jumat (8/7/2022) saat dia menjalani perjalanan panjang dengan kereta api melintasi negeri untuk tiba di sisi suaminya di rumah sakit prefektur Nara. Di sana, para dokter berjuang dengan sia-sia untuk menyelamatkan nyawa suaminya setelah dia ditembak dari belakang.
Seperti laporan Straits Times, Sabtu (9/7/2022), mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dibunuh oleh seorang pria bersenjata di siang bolong pada hari Jumat saat berpidato di sebuah rapat umum politik di jalanan kota Nara.
Saat itu, Shinzo berkampanye untuk partainya menjelang pemilihan Majelis Tinggi pada hari Minggu.
Abe, 67 tahun, ditembak dua kali pada pukul 11.30 waktu setempat, tiba di rumah sakit sekitar satu jam kemudian, dan dinyatakan meninggal di rumah sakit lebih dari lima jam kemudian pada pukul 17.03, hanya beberapa menit setelah istrinya tiba.
Tidak jelas di mana Akie Abe, sang istri yang berbasis di Tokyo, ketika dia diberitahu tentang penembakan itu.
Cara tercepat dari Tokyo ke Nara melalui darat memakan waktu sekitar empat jam dengan kereta api, termasuk switch atau berpindah kereta di Kyoto.
Video online menunjukkan Nyonya Abe, 60, tiba di stasiun kereta Nara ketika petugas berjas hitam membuka jalan baginya untuk keluar.
Baca Juga: Shinzo Abe Dimakamkan di Kampung Halaman 12 Juli, Warga Jepang Kenang Sosoknya yang Menyenangkan
Nyonya Abe memiliki hubungan cinta dan kasih sayang yang terbuka dengan suaminya, hal yang jarang terjadi di kalangan politisi Jepang dari generasi mereka.
Pasangan yang telah menikah selama lebih dari 30 tahun itu secara rutin membagikan foto dan video mereka menghadiri acara bersama di akun media sosial masing-masing.
Salah satu foto terakhir mereka bersama yang dibagikan Abe di akun Twitter-nya bulan lalu menunjukkan mereka merayakan ulang tahun ke-94 ibunya bersama anggota keluarga lainnya. Saudara politikus Abe, Nobuo Kishi, juga hadir.
Nyonya Shinzo Abe, yang nama gadisnya adalah Akie Matsuzaki, bukanlah istri Jepang yang penurut dan pendiam.
Ketika suaminya menjabat, dia tidak puas hanya menjadi tuan rumah acara diplomatik dan melihat dekorasi kediaman resmi.
Akie Abe punya reputasi vokal tentang pandangan progresifnya, yang sering bertentangan dengan pandangan suaminya yang politikus konservatif. Banyak yang melaporkan ketidaksetujuan ibu mertuanya dan membuatnya mendapat julukan "oposisi domestik" di antara media lokal Jepang.
"Saya ingin mengambil dan menyampaikan pandangan yang tidak sampai ke suami saya atau lingkarannya," Nyonya Abe, yang fasih berbahasa Inggris, mengatakan kepada Bloomberg dalam sebuah wawancara 2016. "Itu agak seperti partai oposisi, kurasa."
Akie Abe sebelumnya secara terbuka menentang kebijakan utama Abe, termasuk dukungannya untuk tenaga nuklir, perluasan pangkalan militer AS di Jepang, dan pembentukan Kemitraan Trans-Pasifik.
Akie Abe juga dikenal blak-blakan tentang hak-hak perempuan dan mariyuana medis, dan mendukung isu lesbian, gay, biseksual dan transgender, serta mengambil bagian dalam parade Pride di Tokyo pada tahun 2014.
"Gagasan Nyonya Abe dan istri perdana menteri lain berbeda", lapor tabloid Inggris Daily Mail mengutip catatan, "Daripada menjadi wanita yang 'berguna' dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, dia ingin berinteraksi... sebagai orang yang mandiri."
Baca Juga: Jepang Berkabung, Jasad Shinzo Abe Dibawa Pulang ke Tokyo
Pada tahun 2012, saat Abe memulai masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri, Akie Abe membuka sebuah restoran di Tokyo yang hanya menyajikan makanan organik. Tetapi, ia mengundurkan diri dari keterlibatan aktif dalam bisnis tersebut setelah ibu mertuanya keberatan.
Pasangan itu tidak memiliki anak.
Wanita yang sudah menikah di Jepang sering menghadapi tekanan sosial yang kuat untuk melahirkan anak.
Akie Abe berbicara di depan umum tentang kesulitan pasangan itu mendapatkan anak; mereka menjalani perawatan kesuburan tanpa hasil.
Shinzo Abe sempat menyarankan adopsi, tetapi Akie Abe tidak dapat menerima gagasan itu.
"Saya pikir itu semua takdir dan saya harus menerimanya... bahwa kami tidak dikaruniai anak," katanya kepada BBC dalam wawancara tahun 2006.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Straits Times