Kisah Cinta Shinzo Abe dan Akie Abe, yang Kini Nelangsa Sendiri
Kompas dunia | 9 Juli 2022, 22:30 WIBKetika suaminya menjabat, dia tidak puas hanya menjadi tuan rumah acara diplomatik dan melihat dekorasi kediaman resmi.
Akie Abe punya reputasi vokal tentang pandangan progresifnya, yang sering bertentangan dengan pandangan suaminya yang politikus konservatif. Banyak yang melaporkan ketidaksetujuan ibu mertuanya dan membuatnya mendapat julukan "oposisi domestik" di antara media lokal Jepang.
"Saya ingin mengambil dan menyampaikan pandangan yang tidak sampai ke suami saya atau lingkarannya," Nyonya Abe, yang fasih berbahasa Inggris, mengatakan kepada Bloomberg dalam sebuah wawancara 2016. "Itu agak seperti partai oposisi, kurasa."
Akie Abe sebelumnya secara terbuka menentang kebijakan utama Abe, termasuk dukungannya untuk tenaga nuklir, perluasan pangkalan militer AS di Jepang, dan pembentukan Kemitraan Trans-Pasifik.
Akie Abe juga dikenal blak-blakan tentang hak-hak perempuan dan mariyuana medis, dan mendukung isu lesbian, gay, biseksual dan transgender, serta mengambil bagian dalam parade Pride di Tokyo pada tahun 2014.
"Gagasan Nyonya Abe dan istri perdana menteri lain berbeda", lapor tabloid Inggris Daily Mail mengutip catatan, "Daripada menjadi wanita yang 'berguna' dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, dia ingin berinteraksi... sebagai orang yang mandiri."
Baca Juga: Jepang Berkabung, Jasad Shinzo Abe Dibawa Pulang ke Tokyo
Pada tahun 2012, saat Abe memulai masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri, Akie Abe membuka sebuah restoran di Tokyo yang hanya menyajikan makanan organik. Tetapi, ia mengundurkan diri dari keterlibatan aktif dalam bisnis tersebut setelah ibu mertuanya keberatan.
Pasangan itu tidak memiliki anak.
Wanita yang sudah menikah di Jepang sering menghadapi tekanan sosial yang kuat untuk melahirkan anak.
Akie Abe berbicara di depan umum tentang kesulitan pasangan itu mendapatkan anak; mereka menjalani perawatan kesuburan tanpa hasil.
Shinzo Abe sempat menyarankan adopsi, tetapi Akie Abe tidak dapat menerima gagasan itu.
"Saya pikir itu semua takdir dan saya harus menerimanya... bahwa kami tidak dikaruniai anak," katanya kepada BBC dalam wawancara tahun 2006.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Straits Times