Orang yang Bau Badannya Sama Ternyata Lebih Cepat Berkawan, Ini Fakta Penelitiannya
Kompas dunia | 25 Juni 2022, 14:21 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Sering dikatakan bahwa orang-orang yang cepat akrab satu sama lain disebabkan mereka berbagi "chemistry".
Ungkapan ini bisa jadi benar dalam arti harfiah, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, Jumat (24/6/2022).
Penelitian tersebut menemukan orang-orang dengan bau badan yang serupa lebih cenderung cepat tertarik satu sama lain dan merasa cepat cocok untuk berkawan.
"Mamalia darat non-manusia terus-menerus mengendus diri mereka sendiri dan satu sama lain dan berdasarkan ini, memutuskan siapa teman atau musuh," tulis sekelompok peneliti yang dipimpin Inbal Ravreby di Weizmann Institute of Science di Israel, seperti laporan France24, Sabtu (25/6/2022).
Karena orang mencari teman yang mirip dengan diri mereka sendiri, tim peneliti berhipotesis bahwa manusia mungkin mencium diri mereka sendiri dan orang lain secara tidak sadar memperkirakan kesamaan bau badan dan menilai kecocokannya.
Untuk mengetahuinya, mereka mulai mengumpulkan sampel dari dua orang dengan jenis kelamin sama, teman yang tidak punya hubungan romantis namun menggambarkan mereka cocok berkawan pada pandangan pertama, yaitu "di mana rasa persahabatan terbentuk sebelum informasi biografi yang luas dipertukarkan," menurut penelitian tersebut.
Setelah upaya perekrutan yang ekstensif, mereka menemukan 20 pasangan, setengahnya laki-laki, dan setengah lainnya perempuan, semuanya berusia antara 22 dan 39 tahun.
Untuk mencegah kontaminasi atau faktor luar yang memengaruhi sampel mereka, semua peserta harus mengikuti protokol ketat yang mencakup menghindari makanan pedas dan tidur jauh dari pasangan dan hewan peliharaan mereka dengan kaus katun bersih yang disediakan untuk mereka.
Baca Juga: Rahasia Galaksi Bima Sakti Terbongkar, Hasil Penelitian Wahana Antariksa Gaia Milik Eropa
Kaos oblong dikumpulkan dalam tas ziplock dan diuji dengan hidung elektronik - perangkat yang dilengkapi dengan sensor untuk menganalisis komposisi kimia.
Para peneliti menemukan bahwa tanda-tanda bau badan dari "teman yang nge-klik" secara statistik lebih cocok daripada bau antara mereka yang tidak berkawan.
Untuk menilai apakah hasil eNose secara akurat mencerminkan persepsi manusia, tim merekrut manusia yang berprofesi mengandalkan daya penciuman dan merancang serangkaian tes untuk memeriksa validitas hasil mereka.
Dalam salah satu tes ini, misalnya, penciuman manusia disajikan dengan tiga bau: dua dari sepasang teman yang nge-klik, dan satu outlier.
Mereka berhasil mengidentifikasi pasangan yang nge-klik dan menolak yang tidak berkawan.
Bau badan juga bisa memperkirakan perkawanan
Hasil ini tampaknya mengonfirmasi hipotesis bahwa bau badan yang sama dapat memicu persahabatan.
Namun, penjelasan alternatifnya adalah orang-orang yang berteman menghabiskan banyak waktu bersama dan memiliki pengalaman membentuk bau badan yang serupa, seperti di mana mereka tinggal dan apa yang mereka makan.
Untuk menguraikan dua kemungkinan ini, tim merancang tes lain untuk melihat apakah penciuman bisa menjadi prediktor sukses apakah dua orang yang belum pernah bertemu terus mengklik.
Baca Juga: Arkeolog Israel Umumkan Hasil Penelitian Masjid Kuno Abad 7 di Gurun Negev, Termasuk Artefak Keramik
Mereka merekrut 17 orang asing dan meminta mereka semua berinteraksi satu sama lain dalam tes yang disebut "Permainan Cermin" -- berdiri setengah meter terpisah satu sama lain sehingga mereka secara tidak sadar dapat mencium satu sama lain.
Mereka diminta untuk meniru gerakan tangan satu sama lain selama dua menit, tanpa berbicara satu sama lain.
Kesamaan kimiawi dalam bau badan mereka, seperti yang diuji oleh eNose, berhasil memprediksi kecocokan timbal balik pada 77 persen kasus, dan memprediksi 68 persen kasus di mana kedua belah pihak mengatakan mereka tidak ngeklik atau cocok.
Terlebih lagi, semakin dekat bau badan seseorang, semakin mereka dilaporkan menyukai satu sama lain, memahami satu sama lain, dan merasakan chemistry yang lebih besar di antara mereka.
Hasil penelitian "menunjukkan bahwa teman sesama jenis kelamin namun tidak berhubungan secara romantis, berbau badan lebih mirip satu sama lain daripada yang diharapkan secara kebetulan."
"Manusia, tidak seperti mamalia darat lainnya, menggunakan bahasa yang kompleks untuk berinteraksi, sehingga mungkin efek penciuman dalam penelitian laboratorium cenderung teramplifikasi dibandingkan efeknya dalam kehidupan nyata," tulis tim tersebut.
"Namun demikian, kami pikir hasil kami menyiratkan bahwa kita mungkin juga lebih seperti mamalia darat lainnya dalam hal ini daripada yang biasanya kita pahami."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/France24/Science Advances