Orang yang Bau Badannya Sama Ternyata Lebih Cepat Berkawan, Ini Fakta Penelitiannya
Kompas dunia | 25 Juni 2022, 14:21 WIBDalam salah satu tes ini, misalnya, penciuman manusia disajikan dengan tiga bau: dua dari sepasang teman yang nge-klik, dan satu outlier.
Mereka berhasil mengidentifikasi pasangan yang nge-klik dan menolak yang tidak berkawan.
Bau badan juga bisa memperkirakan perkawanan
Hasil ini tampaknya mengonfirmasi hipotesis bahwa bau badan yang sama dapat memicu persahabatan.
Namun, penjelasan alternatifnya adalah orang-orang yang berteman menghabiskan banyak waktu bersama dan memiliki pengalaman membentuk bau badan yang serupa, seperti di mana mereka tinggal dan apa yang mereka makan.
Untuk menguraikan dua kemungkinan ini, tim merancang tes lain untuk melihat apakah penciuman bisa menjadi prediktor sukses apakah dua orang yang belum pernah bertemu terus mengklik.
Baca Juga: Arkeolog Israel Umumkan Hasil Penelitian Masjid Kuno Abad 7 di Gurun Negev, Termasuk Artefak Keramik
Mereka merekrut 17 orang asing dan meminta mereka semua berinteraksi satu sama lain dalam tes yang disebut "Permainan Cermin" -- berdiri setengah meter terpisah satu sama lain sehingga mereka secara tidak sadar dapat mencium satu sama lain.
Mereka diminta untuk meniru gerakan tangan satu sama lain selama dua menit, tanpa berbicara satu sama lain.
Kesamaan kimiawi dalam bau badan mereka, seperti yang diuji oleh eNose, berhasil memprediksi kecocokan timbal balik pada 77 persen kasus, dan memprediksi 68 persen kasus di mana kedua belah pihak mengatakan mereka tidak ngeklik atau cocok.
Terlebih lagi, semakin dekat bau badan seseorang, semakin mereka dilaporkan menyukai satu sama lain, memahami satu sama lain, dan merasakan chemistry yang lebih besar di antara mereka.
Hasil penelitian "menunjukkan bahwa teman sesama jenis kelamin namun tidak berhubungan secara romantis, berbau badan lebih mirip satu sama lain daripada yang diharapkan secara kebetulan."
"Manusia, tidak seperti mamalia darat lainnya, menggunakan bahasa yang kompleks untuk berinteraksi, sehingga mungkin efek penciuman dalam penelitian laboratorium cenderung teramplifikasi dibandingkan efeknya dalam kehidupan nyata," tulis tim tersebut.
"Namun demikian, kami pikir hasil kami menyiratkan bahwa kita mungkin juga lebih seperti mamalia darat lainnya dalam hal ini daripada yang biasanya kita pahami."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/France24/Science Advances