> >

Final Liga Champions Kacau dan Polisi Berlaku Brutal, Presiden Prancis 'Sedih dan Prihatin'

Kompas dunia | 1 Juni 2022, 23:42 WIB
Suporter Liverpool FC menunjukkan tiket mereka saat dihalau dari pintu masuk Stade de France, tempat final Liga Champions UEFA antara Liverpool vs Real Madrid digelar pada 28 Mei lalu. (Sumber: Christophe Ena/Associated Press)

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku bahwa ia dan jajarannya merasa “sedih dan prihatin” atas kekacauan final Liga Champions antara Liverpool vs Real Madrid pada 28 Mei lalu. Final ini digelar di Stade de France, Saint-Denis, dekat ibu kota Paris.

Waktu itu, 2.700 suporter Liverpool tak bisa masuk kendati punya tiket. Mereka pun dilaporkan ditangani secara brutal oleh kepolisian Prancis.

Juru bicara pemerintah Prancis, Olivia Gregoire menyebut isu kekacauan di final Liga Champions dibahas dalam rapat kabinet mingguan di Istana Elysee, Rabu (1/6/2022).

“Apakah kami bisa berbuat lebih baik atau apakah itu (final Liga Champions) dapat ditangani dengan lebih baik? Ya,” kata Gregoire dikutip Associated Press.

“Apakah kami bisa meningkatkan pengelolaan, khusunya pada acara-acara olahraga di masa mendatang? Pastinya,” lanjut Gregoire.

Kekacauan final Liga Champions membuat kapasitas Prancis menggelar acara olahraga besar dipertanyakan. Prancis sendiri akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby 2023 dan Olimpiade 2024 mendatang.

Baca Juga: Kronologi Kasus Delay 36 menit Final Liga Champions Liverpool vs Real Madrid

Kisruh di luar Stade de France pada 28 Mei lalu membuat sepak mula Liverpool vs Real Madrid ditunda 36 menit. Alasan kekisruhan adalah ribuan suporter yang belum bisa masuk stadion pada waktu sepak mula.

Di lain sisi, kepolisian Prancis disebut bertindak berlebihan dalam menangani kerumunan suporter Liverpool. Kelompok-kelompok suporter The Reds menyebut polisi bertindak brutal dengan melemparkan gas air mata, termasuk kepada lansia dan anak-anak.

Klub Liverpool FC sendiri mengaku telah mengumpulkan 5.000 testimoni dari suporter yang diperlakukan secara berlebihan di luar Stade de France.

CEO Liverpool Billy Hogan mengeklaim telah meninjau sebagian testimoni dan menyatakan bahwa ia “ngeri dengan cara beberapa pria, wanita, anak-anak—bertubuh sehat atau kurang sehat—diperlakukan secara semena-mena” baik sebelum atau sesudah pertandingan.

Pihak Federasi Sepakbola Prancis (FFF) sebelumnya mengeklaim, sumber kekacauan adalah 35.000 suporter tanpa tiket atau bertiket palsu yang ikut mendatangi Stade de France. FFF menyebut 35.000 suporter itu membuat kekacauan dengan menutup akses masuk ke kompleks stadion.

Meskipun demikian, kelompok suporter dan jurnalis di lapangan menyorot kegagalan organisasi panitia pelaksana sehingga menyebabkan antrean panjang. Pihak pengelola final dituduh gagal melakukan kontrol kerumunan.

“Saya pikir kita telah melihat semua video, foto, saya telah membaca banyak cerita pengalaman (suporter) yang sangat mengerikan, juga ketika meninggalkan stadion; menjadi korban tindak kejahatan, aksi-aksi penjambretan terjadi,” kata Hogan.

UEFA, awalnya menyalahkan suporter atas kekacauan di luar stadion, kini tengah menggelar penyelidikan tentang kekisruhan saat final Liga Champions.

Final Liga Champions 2021/22 sendiri dimenangkan Real Madrid dengan skor 1-0. Los Blancos merengkuh gelar ke-14 berkat gol tunggal Vinicius Junior.

Baca Juga: Macron Murka Ada Jurnalis Prancis Tewas di Ukraina, Tuduh Rusia Langgar Hukum Internasional


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU