Pakar WHO: Wabah Cacar Monyet Saat Ini Diduga Bermula di Dua Pesta Pora Rave Besar-besaran Eropa
Kompas dunia | 23 Mei 2022, 22:46 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Pakar kesehatan terkemuka Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada menggambarkan wabah penyakit langka cacar monyet yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara maju sebagai "peristiwa acak".
Wabah itu diduga berawal dari perilaku seksual berisiko pada dua acara pesta pora rave massal baru-baru ini di Eropa, seperti dilansir Associated Press, Senin (23/5/2022).
Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, Dr. David Heymann, yang sebelumnya mengepalai departemen darurat WHO, mengatakan, teori utama untuk menjelaskan penyebaran penyakit ini adalah penularan seksual di antara pria gay dan biseksual di dua pesta rave yang diadakan di Spanyol dan Belgia.
Cacar monyet sebelumnya tidak memicu wabah yang meluas di luar Afrika, di mana penyakit ini endemik pada hewan.
“Kami tahu cacar monyet dapat menyebar ketika ada kontak dekat dengan lesi seseorang yang terinfeksi, dan sepertinya kontak seksual telah memperkuat (tingkat) penularan itu,” kata Heymann.
Peristiwa ini menandai penyimpangan yang signifikan dari pola penyebaran penyakit yang khas di Afrika tengah dan barat. Warga terutama terinfeksi oleh hewan seperti hewan pengerat dan primata liar, dimana wabah belum menyebar melintasi perbatasan.
Sebuah laporan pemerintah Jerman kepada anggota parlemen, yang diperoleh AP mengatakan, pihaknya memperkirakan akan melihat kasus lebih banyak dan bahwa risiko terkena cacar monyet "terutama terjadi pada kontak seksual di antara laki-laki."
Empat kasus yang dikonfirmasi di Jerman dikaitkan dengan paparan di "acara pesta termasuk di Gran Canaria dan di Berlin, di mana aktivitas seksual terjadi," katanya.
Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Belum Ada Kasus Cacar Monyet di Indonesia, tetapi Tetap Perlu Waspada
Hingga saat ini, WHO mencatat 92 kasus cacar monyet di belasan negara termasuk Inggris, Spanyol, Israel, Prancis, Swiss, AS, dan Australia.
Pada Senin, Denmark mengumumkan kasus pertamanya, Portugal merevisi totalnya menjadi 37 kasus, dan Italia melaporkan satu infeksi tambahan.
Pejabat kesehatan senior Madrid Enrique Ruiz Escudero pada Senin mengatakan, Ibu Kota Spanyol mencatat 30 kasus yang dikonfirmasi sejauh ini.
Escudero mengatakan, pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan hubungan antara acara Gay Pride baru-baru ini di Kepulauan Canary, yang menarik sekitar 80.000 orang, dan kasus-kasus di sauna Madrid.
David Heymann memimpin pertemuan mendesak kelompok penasihat WHO tentang ancaman penyakit menular pada Jumat untuk menilai epidemi yang sedang berlangsung dan mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan cacar monyet mungkin bermutasi menjadi bentuk yang lebih menular.
Cacar monyet biasanya menyebabkan demam, menggigil, ruam, dan luka di wajah atau alat kelamin.
Ini dapat menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau pakaian atau seprai mereka, tetapi penularan seksual belum didokumentasikan.
Kebanyakan orang sembuh dari penyakit dalam beberapa minggu tanpa memerlukan rawat inap.
Baca Juga: WHO: Cacar Monyet Teridentifikasi di 12 Negara
Vaksin cacar dipandang efektif mencegah cacar monyet dan beberapa obat antivirus sedang dikembangkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit ini berakibat fatal seperti kematian pada 6 persen dari kasus infeksi, atau 6 orang meninggal dari 100 kasus, tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan di antara kasus-kasus cacar monyet saat ini.
WHO mengatakan, kasus yang dikonfirmasi sejauh ini merupakan kelompok virus monkeypox Afrika Barat yang tidak terlalu parah dan tampaknya terkait dengan virus yang pertama kali terdeteksi pada kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel, dan Singapura tahun 2018-2019.
WHO mengatakan, wabah itu adalah "peristiwa yang sangat tidak biasa" dan mengungkap fakta, bahwa kasus-kasus terlihat di begitu banyak negara yang berbeda menunjukkan bahwa penyakit itu mungkin telah menyebar secara diam-diam selama beberapa waktu.
Kantor WHO Eropa memperingatkan saat musim panas dimulai di seluruh Eropa, pertemuan massal, festival, dan pesta dansa-dansi dapat mempercepat penyebaran cacar monyet.
Ilmuwan lain menunjukkan akan sulit untuk menguraikan apakah itu hubungan seks itu sendiri atau kontak dekat yang terkait dengan seks yang mendorong penyebaran cacar monyet baru-baru ini di seluruh Eropa.
“Secara alami, aktivitas seksual melibatkan kontak intim diperkirakan dapat meningkatkan kemungkinan penularan, apa pun orientasi seksual seseorang dan terlepas dari cara penularannya,” kata Mike Skinner, ahli virologi di Imperial College London.
Baca Juga: PBB Kecam Pemberitaan yang Rasis dan Homofobik tentang Penularan Cacar Monyet, Total Sudah 92 Kasus
Pada Minggu (22/5/2022), kepala penasihat medis Badan Keamanan Kesehatan Inggris Dr. Susan Hopkins memperkirakan lebih banyak kasus cacar monyet akan diidentifikasi di negara itu “setiap hari.”
Pejabat Kesehatan Inggris itu mengatakan, “sebagian besar” kasus di Inggris dan Eropa terjadi pada pria muda yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Afrika dan berorientasi seksual sebagai penyuka sesama jenis, biseksual atau berhubungan seks dengan pria.
Pihak berwenang di Portugal dan Spanyol juga mengatakan, kasus mereka terjadi pada pria yang kebanyakan berhubungan seks dengan pria lain dan yang infeksinya diketahui ketika mereka mencari bantuan untuk lesi di klinik kesehatan seksual.
Heymann, yang juga seorang profesor penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan, wabah cacar monyet kemungkinan merupakan peristiwa acak yang mungkin dapat dilacak pada satu infeksi.
"Sangat mungkin ada seseorang yang terinfeksi, mengembangkan lesi pada alat kelamin, tangan atau tempat lain, dan kemudian menyebarkannya ke orang lain ketika ada kontak fisik atau seksual dekat," hipotesis Heymann.
“Dan kemudian ada peristiwa internasional yang menyebarkan wabah di seluruh dunia, ke AS dan negara-negara Eropa lainnya.” tambahnya.
Heymann menekankan, penyakit itu tidak mungkin memicu penularan yang meluas. "Ini bukan COVID," katanya.
“Kita perlu memperlambatnya, tidak menyebar di udara dan kami memiliki vaksin untuk melindunginya.”
Heymann mengatakan, penelitian harus dilakukan dengan cepat untuk menentukan apakah cacar monyet dapat disebarkan oleh orang-orang tanpa gejala dan apakah populasi yang berisiko terkena penyakit ini harus mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi diri mereka sendiri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV//Associated Press