> >

Krisis Pangan Memburuk, PBB Minta Rusia Izinkan Ekspor Gandum Ukraina

Krisis rusia ukraina | 19 Mei 2022, 15:27 WIB
Petani Rusia memanen dengan hasil panen mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. China hari Kamis, 24 Februari 2022 mengumumkan akan mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Rusia, dipandang sebagai langkah yang dapat mengurangi dampak sanksi Barat terhadap Rusia. (Sumber: AP Photo/Vitaly Timkiv, File)

NEW YORK, KOMPAS.TV- Dalam upaya memulihkan ekspor gandum Ukraina, Sekjen PBB Antonio Guterres berkomunikasi secara intens dengan Rusia, Ukraina, Turki, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Pasalnya, menurunnya ekspor gandum Ukraina menjadi salah satu penyebab krisis pangan global yang terjadi saat ini.

"Saya optimistis, tetapi masih ada langkah yang harus ditempuh. Keamanan yang kompleks, implikasi ekonomi dan keuangan membutuhkan niat baik di semua sisi," kata Guterres seperti dikutip Kompas.com, Kamis (19/5/2022).

Guterres meminta Rusia untuk mengizinkan Ukraina mengekspor gandumnya dengan aman lewat pelabuhan. Pasalnya, sejumlah pelabuhan utama Ukraina kini ditutup karena dikuasai Rusia. Sekarang Ukraina melakukan ekspor secara terbatas lewat kereta api atau melalui pelabuhan kecil di Sungai Danube.

Hal itu ia sampaikan saat berbicara dalam pertemuan ketahanan pangan PBB, yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Begitu juga dengan produk makanan dan pupuk Rusia. Guterres meminta Putin memulihkan ekspor kedua komoditas itu.

Baca Juga: Janet Yellen Sebut AS Tidak Bisa Sita Aset Bank Sentral Rusia yang Dibekukan, Ini Sebabnya

Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung. Hal itu akan memperburuk krisis pangan, energi dan ekonomi di negara-negara miskin.

"Ini mengancam puluhan juta orang ke jurang kerawanan pangan, diikuti oleh kekurangan gizi, kelaparan yang massal dan ekstrem, dalam krisis yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun," ujar Guterres.

Sebelumnya, World Food Program (WFP) yang merupakan bagian dari PBB, mendesak Rusia agar membuka kembali pelabuhan Laut Hitam Ukraina. Kepala Program Pangan Dunia PBB David Beasley menyatakan, jika pelabuhan itu tidak dibuka  jutaan orang di dunia akan mati kelaparan.

Pasalnya, bahan pangan yang diproduksi Ukraina, salah satunya gandum, tidak bisa disalurkan.

Baca Juga: Rusia Kuasai Pelabuhan Ukraina, Jutaan Warga Dunia Terancam Mati Kelaparan

"Jika Anda memiliki hati untuk seluruh dunia, terlepas dari bagaimana perasaan Anda tentang Ukraina, Anda perlu membuka pelabuhan-pelabuhan itu," kata Beasley.

Ia mengatakan Rusia harus membuka pelabuhan paling lambat 60 hari ke depan.

"Jika Anda tidak menyelesaikan dan membuka pelabuhan ini, ekonomi Ukraina benar-benar runtuh. Itu menjadi terkurung seperti Moldova. Pelabuhan sangat penting," ujar Beasley.

Ukraina menutup empat pelabuhan di Laut Hitam dan Laut Azov karena telah direbut pasukan Rusia. Pelabuhan Mariupol, Berdiansk, dan Skadovsk di Laut Azov di serta Pelabuhan Kherson Laut Hitam ditutup sampai kontrol atasnya dipulihkan.

Baca Juga: Rusia Kini Jadi Pemasok Minyak Terbesar ke-4 untuk India, Kalahkan AS

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan,  Ukraina bisa kehilangan ekspor puluhan juta ton gandum karena kendali Rusia atas jalur pelayaran di Laut Hitam. Kondisi tersebut pada akhirnya memicu krisis pangan yang akan memengaruhi Eropa, Asia, dan Afrika.

“Rusia tidak membiarkan kapal masuk atau keluar, mereka mengendalikan Laut Hitam. Rusia ingin sepenuhnya memblokir ekonomi negara kami,” ucap Zelensky .
 

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber : Kompas.com


TERBARU