> >

Kisah Lagu "Panon Hideung": Keheranan Presiden Putin dan Kejeniusan Ismail Marzuki

Krisis rusia ukraina | 17 April 2022, 15:14 WIB
Lagu Panon Hideung dan Ochi Chernye (Sumber: Youtube)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin makam malam di Istana Negara pada 2007 silam, ditampilkan lagu Sunda "Panon Hideung" karya Ismail Marzuki.

Pada acara yang sama ditampilkan pula lagu dengan dengan irama dan aransemen yang sama, tapi lirik dan judul dalam bahasa Rusia, "Ochi Chernye". Namun bila diterjemahkan, lirik lagu itu sama saja dengan lirik "Panon Hideung" alias "Mata Hitam".

Penasaran, Putin pun bertanya kepada SBY bagaimana ceritanya lagu Rusia itu bisa sampai ke Indonesia, khususnya Jawa Barat. Namun Presiden SBY sama sekali tidak mengerti.

Cerita itu disampaikan oleh SBY saat berada dalam pesawat Air Bus 330 di tengah perjalanan dari Jakarta menuju Sydney, Australia, pada 2007 silam.

"Putin tetap bertanya, bagaimana caranya lagu ini bisa masuk ke Indonesia. Saya benar-benar tidak tahu," kata SBY kala itu.

Rupanya, sang maestro Ismail Marzuki yang membawa lagu Rusia itu ke Indonesia. Dia menuliskan lagu yang asalnya sebagai puisi dalam bahasa Ukraina karya Yevhen Hrebinka. 

Baca Juga: Rusia Tangkap Prajurit Inggris Kedua di Mariupol, Disebut Tentara Bayaran dan Dipermalukan di TV

Karya yang dikategorikan sebagai puisi ini dipublikasikan pertama kali dalam bahasa Rusia di surat kabar Literaturnaya Gazeta pada tahun 1843.

Semenjak itu banyak dinyanyikan sebagai lagu dalam berbagai versi, termasuk jazz. Tercatat Louis Amstrong dan gitaris Prancis, Django Reinhard, pernah membawakannya.     

Sementara lagu ini masuk ke Indonesia berkat kepiawaian Ismail Marzuki menyadur lagu ini ke dalam bahasa Sunda, sekitar tahun 1936.

Konon, hal ini dipersembahkan kepada gadis Sunda, Eulis Zuraida, yang jadi incaran "Bang Maing", sapaan seniman musik asal Jakarta ini.

Kebetulan, sang gadis bermata hitam dan berkulit kuning. Tercatat, keduanya menikah pada 1940. 

Kala itu, Bang Maing dan Eulis Zuraida, sama-sama dalam orkes yang terkenal saat itu, yakni NIROM II yang bermarkas di Tegallega Bandung. 

Kini, meski dinyanyikan dalam bahasa Sunda, sudah tidak terasa lagi ada sentuhan Rusianya. Mungkin inilah kejeniusan Ismail Marzuki dalam menciptakan karya. 

Dalam bahasa Sunda, penggalan lirik itu berbunyi: “Panon hideung (Mata hitam), pipi koneng (Pipi Kuning), irung mancung (Hidung mancung), putri Bandung…” 

Ismail Marzuki meninggal dunia pada tanggal 25 Mei 1958 di usia 44 tahun karena penyakit paru-paru. 

Baca Juga: Rusia Diyakini akan Lakukan Fase Kedua Serangan Militer Pekan Depan, Ukraina Mulai Kehabisan Amunisi

Ia meninggal di pangkuan sang istri dan disaksikan oleh anak semata wayangnya, Rahmi Asiah. Jenazah Ismail Marzuki dimakamkan di TPU Karet Bivak di Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan pada Ismail Marzuki karena dedikasi dan karya-karyanya.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU