> >

Krisis Ekonomi, Bajaj di Sri Lanka Antre Panjang Akibat Langkanya BBM

Kompas dunia | 14 April 2022, 14:34 WIB
Antrean bajaj di Colombo, Rabu (13/4/2022), yang disebabkan krisis ekonomi yang tengah mendera Sri Lanka dan membuat negara tersebut berada di ambang kebangkrutan. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

COLOMBO, KOMPAS.TV - Antrean panjang bajaj di Sri Lanka terjadi di depan pom BBM di Colombo, Rabu (13/4/2022).

Antrean panjang itu terjadi setelah pada beberapa bulan terakhir Sri Lanka mengalami krisis ekonomi, yang mengakibatkan langkanya BBM, makanan serta listrik.

Krisis ekonomi dihadapi Sri Lanka, yang tengah berada di ambang kebangkrutan, dibebani dengan cadangan devisi yang semakin menipis.

Selain itu Sri Lanka juga memiliki utang luar negeri senilai 25 miliar dolar AS  atau setara Rp358 triliun.

Baca Juga: Situs Jual Beli Hasil Peretasan RaidForums Ditutup, Pendiri Ditangkap di Inggris

Utang sebesar 7 miliar dolar AS (Rp100 triliun) akan jatuh tempo untuk dibayar pada tahun ini.

Dikutip dari Associated Press, Sri Lanka mengumumkan pada Selasa (12/4/2022), bahwa mereka menangguhkan pembayatan utang luar negeri.

Hal itu termasuk obligasi dan pinjaman pemerintah ke pemerintah sambal menunggu penyelesaian program restrukturisasi pinjaman dengan IMF.

Kementerian Keuangan Sri Lanka mengungkapkan IMF telah menilai utang luar negeri Sri Lanka sebagai tidak berkelanjutan, dan membayar utang luar negeri saat ini bukan lagi kebijakan yang realistis.

Selain mencari bantuan dari IMF, pemerintah telah meminta bantuan India dan China untuk mengatasi kelangkaan.

Warga Sri Lanka pun terpaksa menunggu dalam antrean panjang untuk membeli gas, bahan bakar dan susu bubuk.

Baca Juga: Dua Sub-Varian Baru Omicron Menyebar Cepat di New York, Picu Lonjakan Kasus Baru

Para dokter pun telah memperingatkan ada potensi kekurangan obat-obatan esensial di rumah sakit pemerintah.

Pemerintah Sri Lanka mengungkapkan Bank Dunia telah menyediakan 10 juta dolar AS atau setara Rp143 miliar untuk membeli obat-obatan dan peralatan penting.

Kementerian Kesehatan pun desang berdiskusi dengan WHO dan Bank Pembangunan Asia untuk pendanaan tambahan.

Pemerintah juga mengimbau warga Sri Lanka yang tinggal dan bekerja di luar negeri untuk menyumbangkan obat-obatan atau uang untuk membelinya.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU