Rusia Tuduh Ukraina Rekayasa Pembantaian Bucha, Setelah Pemeriksaan Fakta, Klaim Moskow Terbantah
Krisis rusia ukraina | 6 April 2022, 00:21 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Foto-foto dan rekaman pembantaian warga sipil di Bucha memicu respons muak dari berbagai penjuru dunia. Tuntutan agar Rusia diseret ke pengadilan kejahatan perang pun semakin menguat.
Rusia diketahui menyangkal tuduhan bahwa pasukannya membantai warga sipil di Bucha. Temuan pembantaian ini terungkap usai pasukan Rusia mundur dari tempat itu dan jurnalis masuk ke sana.
Sebagaimana dugaan kejahatan perang yang sudah-sudah, Kremlin kembali membantah pasukannya melakukan pembantaian di Bucha.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding bukti-bukti pembantaian Bucha sebagai “rekayasa provokasi anti-Rusia.”
Sedangkan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengklaim foto dan rekaman yang beredar memuat “tanda-tanda pemalsuan video dan berbagai kebohongan.”
Otoritas Rusia menerbitkan sederet klaim yang menuduh bukti-bukti pembantaian di Bucha sebagai rekayasa Ukraina. Klaim-klaim tersebut disebarkan ulang akun-akun media sosial pro-Rusia.
Akan tetapi, klaim-klaim Rusia itu ramai-ramai dibantah outlet-outlet pemeriksa fakta. Setelah melakukan pemeriksaan fakta, New York Times, BBC, dan Bellingcat menemukan bahwa bukanlah insiden pembantaian yang palsu, melainkan klaim Rusia.
Baca Juga: Zelensky soal Ratusan Mayat di Bucha Ukraina: Diikat, Ditembak, Dilindas, Diperkosa
Berikut sejumlah klaim palsu Rusia yang telah terbantahkan melalui pemeriksaan fakta:
Klaim jenazah palsu, mayat bergerak
Salah satu rekaman pembantaian di Bucha adalah video yang diambil dari mobil yang bergerak. Video itu menampilkan sejumlah mayat berpakaian sipil di kedua sisi jalan.
Kedutaan Rusia di Kanada mencuit bahwa video itu “direkayasa” dan memakai “mayat yang dipalsukan”.
Akun-akun media sosial pro-Rusia pun menyebarkan versi video itu yang diperlambat, sambil membuat klaim bahwa salah satu jenazah menggerakkan tangan.
Akan tetapi, analisis yang lebih hati-hati menunjukkan bahwa mayat itu sama sekali tidak bergerak. Sekuens video yang menunjukkan mayat seolah bergerak berasal dari noktah di sudut kanan bawah kaca depan kendaraan.
Menurut analisis BBC, noktah itu terlihat seperti rintik hujan atau setitik kotoran yang terciprat dari jalan.
Dalam fragmen lain video itu, Rusia mengklaim mayat yang terekam melalui kaca spion bergerak. Namun, penampakan itu hanyalah efek distorsi kaca spion yang juga berdampak ke bayangan rumah-rumah di sekitarnya; sebagaimana efek distorsi yang terlihat dalam refleksi kaca spion di bawah ini.
Kulit jenazah pun umumnya berubah kemerahan atau ungu setelah darah berhenti bersirkulasi.
Akan tetapi, jika jenazah dipotret dalam kondisi terbaring seperti di Bucha, bekas genangan darah atau perubahan warna kulit kemungkinan tidak terlihat hanya dari foto.
Klaim tidak ada warga sipil yang menjadi korban pasukan Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim tidak ada satu pun warga sipil yang menjadi korban kekerasan selama pendudukan pasukan Rusia.
Akan tetapi, klaim itu dibantah oleh banyak keterangan saksi mata warga setempat.
Kepada organisasi Human Rights Watch, seorang guru di Bucha mengaku melihat lima orang dijejerkan Rusia dan dieksekusi.
Kristina, seorang warga Bucha yang diwawancara The Insider pun memberi kesaksian serupa. Menurutnya, warga akan “ditembak jika meninggalkan rumah.”
Warga Bucha menuduh Rusia mengeksekusi pria tak bersenjata karena curiga mereka pernah bertempur melawan separatis Donbass atau sekadar “memiliki tato lambang nasional Ukraina.”
Rusia juga mengklaim mayat-mayat di Bucha baru ada setelah pasukan Ukraina merebut daerah itu. Namun, menurut citra satelit Maxar Technologies, mayat-mayat itu telah dibiarkan di tempat terbuka selama beberapa pekan.
Maxar merilis citra satelit di Bucha dari tanggal 19 Maret yang menunjukkan mayat-mayat terbaring di jalanan. Lokasi mayat-mayat itu dikonfirmasi sesuai dalam rekaman video.
Baca Juga: Kota Bucha Dipenuhi Mayat, Ukraina Tuding Rusia Lakukan Pembantaian
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC