Beijing Tak Mau Ikuti Cara Uni Eropa soal Isu Ukraina
Krisis rusia ukraina | 1 April 2022, 22:15 WIBWang Yiwei, pakar Eropa di Universitas Renmin Beijing, mengatakan China dan Uni Eropa ingin perang berakhir.
"Saya membayangkan China ingin menggunakan KTT ini untuk berdiskusi dengan Uni Eropa bagaimana menciptakan kondisi yang dapat diterima oleh Putin agar dia turun dari posisinya saat ini," katanya.
Hubungan antara China dan Uni Eropa sudah tegang sebelum perang Ukraina.
Uni Eropa tiba-tiba beralih pada tahun 2019 dari bahasa diplomatik yang lembut untuk menyebut China sebagai saingan sistemik, tetapi melihatnya sebagai mitra potensial dalam memerangi perubahan iklim atau pandemi.
Brussels dan Beijing menyimpulkan perjanjian investasi pada akhir 2020, yang dirancang untuk menyelesaikan beberapa kekhawatiran Uni Eropa tentang akses pasar timbal balik.
Namun, sekarang ditunda setelah sanksi Brussel terhadap pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang. Sanksi ini pun mendorong Beijing untuk memasukkan individu dan entitas Uni Eropa ke daftar hitam.
China sejak itu menangguhkan impor dari Lithuania setelah negara Uni Eropa di wilayah Baltik itu mengizinkan Taiwan membuka kedutaan de facto di ibu kotanya. Hal ini sontak membuat marah Beijing yang menganggap pulau Taiwan sebagai wilayahnya sendiri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Straits Times