> >

Kisah Memilukan Penyintas Pengeboman berbagai Kota di Ukraina, Kelaparan dan Kehabisan Air Minum

Krisis rusia ukraina | 22 Maret 2022, 05:23 WIB
Orang-orang bersembunyi di tempat penampungan selama penembakan Rusia, di Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. (Sumber: AP Photo/Mstyslav Chernov)

Galla berjalan-jalan di taman di Przemysl bersama putranya yang berusia 13 tahun, Danil. Dari Polandia, dia berharap untuk pergi ke Jerman. "Akhirnya membaik," kata Galla.

PBB mengatakan hampir 3,5 juta orang meninggalkan Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari, eksodus pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Valentina Ketchena tiba dengan kereta api di Przemsyl hari Senin, (21/3/2022). Dia tidak pernah berpikir pada usia 70 akan dipaksa untuk meninggalkan rumahnya di Kriviy Rig, dan melihat kota di selatan Ukraina hampir sepi ketika orang-orang melarikan diri dari invasi Rusia demi keselamatan.

Kriviy Rig sekarang "setengah kosong," kata Ketchena. Dia akan tinggal sekarang bersama teman-temannya di Polandia, berharap untuk segera pulang. "Ini (adalah) waktu yang sangat sulit bagi semua orang."

Baca Juga: Kesaksian Jurnalis Internasional Terakhir di Mariupol: Kami Diburu Rusia, Melihat Langsung Derita

Seorang perempuan yang kehilangan suaminya dalam serangan artileri menangis sambil memeluk anaknya di rumah sakit Mariupol, timur Ukraina, 11 Maret 2022. (Sumber: Mstyslav Chernov/Associated Press)

Zoryana Maksimovich berasal dari kota barat Lviv, dekat perbatasan Polandia. Meskipun kota itu mengalami kerusakan yang lebih sedikit daripada yang lain, Maksimovich mengatakan anak-anaknya ketakutan dan menangis setiap malam ketika mereka harus pergi ke ruang bawah tanah untuk perlindungan.

"Saya memberi tahu anak-anak bahwa kami akan mengunjungi teman-teman," kata pria berusia 40 tahun itu. "Mereka tidak mengerti dengan jelas apa yang sedang terjadi tetapi dalam beberapa hari mereka akan bertanya kepada saya tentang di mana ayah mereka. ”

Seperti kebanyakan pengungsi, Maksimovich harus melarikan diri tanpa suaminya, karena pria berusia 18 hingga 60 tahun dilarang meninggalkan negara itu dan tetap tinggal untuk berperang. "Saya tidak tahu bagaimana saya akan menjelaskannya," katanya.

Begitu tiba di Polandia, para pengungsi dapat mengajukan nomor identitas lokal yang memungkinkan mereka untuk bekerja dan mengakses layanan kesehatan, sosial, pendidikan dan lainnya.

Irina Cherkas, 31, dari wilayah Poltava, mengatakan dia takut anak-anaknya bisa menjadi sasaran serangan Rusia.

“Demi keselamatan anak-anak, kami memutuskan untuk meninggalkan Ukraina,” katanya. "Ketika perang berakhir, kami akan segera pulang."

Polandia menampung sebagian besar pengungsi Ukraina, lebih dari 2 juta orang sejauh ini.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU