> >

PM Selandia Baru Kutuk Serangan Rusia, Warganya Berdemo ke Kedutaan Rusia

Krisis rusia ukraina | 25 Februari 2022, 10:38 WIB
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengutuk serangan Rusia ke Ukraina. Pemerintah Selandia Baru memberlakukan sanksi bagi Rusia. (Sumber: Associated Press)

WELLINGTON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan Selandia Baru bergabung dengan negara-negara lain untuk mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.

Ardern mengatakan kepada wartawan di Wellington, Jumat (25/2/2022), bahwa pemerintahannya telah memberlakukan sanksi, termasuk larangan perjalanan, yang ditargetkan kepada pejabat Rusia.

Selandia Baru tidak akan memberikan visa pada individu yang ditargetkan, termasuk visa masuk atau transit di Selandia Baru.

Selain itu, negara ini juga akan memberlakukan larangan ekspor barang kepada pasukan keamanan Rusia.

Ini mencakup ekspor semua barang yang akan digunakan oleh militer Rusia dan pasukan keamanan termasuk angkatan bersenjata, pasukan paramiliter, polisi atau milisi.

Baca Juga: Wow, Polisi Selandia Baru Pakai Lagu Baby Shark dan Let It Go Frozen Hadapi Demonstran Anti-Vaksin

"Jumlah nyawa tak berdosa yang tak terbayangkan bisa hilang karena keputusan Rusia," katanya seperti dikutip dari The Associated Press.

"Selandia Baru meminta Rusia untuk melakukan apa yang benar dan segera menghentikan operasi militer di Ukraina," tambahnya.

Menurut Ardern, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rusia telah menunjukkan pengabaian yang nyata terhadap hukum internasional. Rusia telah melepaskan tanggung jawab untuk menegakkan perdamaian dan keamanan global.

Sementara itu, warga Wellington pun memprotes invasi Rusia ke Ukraina dengan melakukan unjuk rasa di Kedutaan Besar Rusia di Wellington. Pengunjuk rasa meneriakkan "Rusia memalukan! " dan "Putin adalah Teroris".

Baca Juga: Selandia Baru Buka Perbatasan, Warganya di Luar Negeri yang Sudah Vakinasi Bisa Pulang

Sekitar 100 orang berkumpul di Wellington dalam solidaritas untuk mendukung Ukraina dan memprotes agresi Rusia.

Beberapa demonstran bahkan melemparkan telur dan cat merah ke gedung kedutaan Rusia.

Pengunjuk rasa Tanya Harper berteriak "pembunuh!". Dia menggedor kap mobil yang berusaha memasuki kedutaan Rusia di Wellington.

Harper mengatakan dia berasal dari Ukraina dan pindah ke Selandia Baru 20 tahun lalu.
Dia melakukan protes bersama suami dan dua anaknya yang masih kecil.

"Saya satu-satunya yang berada disini (Selandia Baru), keluarga saya semuanya berada di Ukraina," katanya seperti dikutip dari NZ Herald.

Dia mengatakan terakhir kali mengontak kakak laki-lakinya di Ukraina pada Jumat pagi. Setelah itu dia tidak bisa menghubungi mereka.

"Kakak saya dan keluarganya tidak bisa keluar dari Ukraina ketika saya berbicara dengannya pagi ini. Saya bahkan tidak tahu apakah mereka sekarang masih hidup," katanya sambil menangis.
 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press, NZ Herald


TERBARU