Presiden Ukraina Minta Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Cari Solusi Krisis
Kompas dunia | 20 Februari 2022, 15:38 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Sabtu (19/2/2022), meminta bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencari jalan keluar dari krisis yang dihadapi Ukraina, seperti dilaporkan Associated Press, Minggu (20/2/2022).
Ukraina menghadapi lonjakan tajam dalam kekerasan di dalam dan sekitar wilayah yang dikuasai oleh pemberontak yang didukung Rusia dan peringatan yang semakin mengerikan dari Barat bahwa Rusia berencana untuk menginvasi Ukraina.
“Saya tidak tahu apa yang diinginkan presiden Federasi Rusia, jadi saya mengusulkan pertemuan,” kata Zelensky di Konferensi Keamanan Munich, Sabtu. Dalam konferensi tersebut, dia juga bertemu Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris.
Zelensky mengatakan Rusia dapat memilih lokasi pembicaraannya dengan Putin.
"Ukraina akan terus mengikuti hanya jalur diplomatik demi penyelesaian damai."
Belum ada tanggapan langsung dari Kremlin terhadap permintaan Zelensky tersebut.
Zelenskyy berbicara beberapa jam setelah para pemimpin separatis di Ukraina timur memerintahkan mobilisasi militer penuh pada Sabtu, sementara peringatan para pemimpin Barat makin gencar bahwa Rusia akan segera menginvasi Ukraina.
Jerman dan Austria mengatakan kepada warganya untuk meninggalkan Ukraina, atas tanda-tanda terbaru dan ketakutan bahwa perang bisa dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Baca Juga: Putin Diyakini Bakal Serang Negara Lainnya Jika Rusia Berhasil Menginvasi Ukraina
Maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa, membatalkan penerbangan ke ibu kota Kiev, dan ke Odessa, pelabuhan Laut Hitam yang bisa menjadi target utama dalam invasi.
Kantor penghubung NATO di Kiev mengatakan sedang merelokasi staf ke Brussel dan ke kota Lviv di Ukraina barat.
Sementara itu, pejabat tinggi militer Ukraina mendapat serangan selama tur garis depan pada konflik dengan kaum separatis yang sudah berlangsung hampir delapan tahun di Ukraina timur.
Para pejabat melarikan diri ke tempat perlindungan bom sebelum menyelamatkan diri dari daerah itu, menurut seorang jurnalis Associated Press yang ikut dalam kunjungan tersebut.
Kekerasan di Ukraina timur meningkat beberapa hari terakhir karena Ukraina dan dua wilayah yang dikuasai pemberontak saling menuduh satu sama lain melakukan eskalasi.
Rusia, Sabtu, mengatakan setidaknya dua peluru yang ditembakkan dari bagian timur Ukraina yang dikuasai pemerintah mendarat di seberang perbatasan, tetapi Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menolak klaim itu sebagai "pernyataan palsu."
Kekerasan sporadis pecah selama bertahun-tahun di sepanjang garis yang memisahkan pasukan Ukraina dari pemberontak yang didukung Rusia, tetapi serangan penembakan dan pengeboman baru-baru ini dapat memicu perang skala penuh.
Baca Juga: Perbatasan Ukraina Memanas, Zelensky: Tak Ada Kepanikan dan Tak akan Respons Provokasi
Amerika Serikat dan banyak negara Eropa selama berbulan-bulan menuduh Rusia sedang menyiapkan dalih untuk menyerang dan saat ini menempatkan lebih dari 150.000 pasukan dan alutsista mengepung perbatasan Ukraina, mulai wilayah perbatasan Rusia hingga Belarus.
“Mereka mulai mengambil posisi dan sekarang siap untuk menyerang,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Sabtu saat berkunjung ke Lithuania.
Harris membuka pertemuannya dengan Zelensky dengan mengatakan dunia berada pada "momen yang menentukan dalam sejarah."
Sebelumnya pada Sabtu, Denis Pushilin, kepala pemerintah separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk Ukraina, mengumumkan mobilisasi umum dan mengatakan wilayahnya menghadapi "ancaman agresi yang bersifat segera" dari pasukan Ukraina.
Para pejabat Ukraina dengan keras membantah punya rencana untuk merebut paksa daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
"Saya mengimbau semua pria di republik ini yang dapat memegang senjata untuk membela keluarga, anak-anak, istri, ibu mereka," kata Pushilin.
"Bersama-sama kita akan mencapai kemenangan yang didambakan yang kita semua butuhkan."
Pernyataan serupa diikuti oleh rekannya di wilayah Luhansk. Pada Jumat, pemberontak mulai mengevakuasi warga sipil ke Rusia dengan pengumuman yang tampaknya menjadi bagian dari upaya mereka dan Moskow untuk menggambarkan Ukraina sebagai agresor.
Baca Juga: Donetsk dan Luhansk yang pro Rusia di Ukraina Timur Mobilisasi Umum, Situasi Makin Genting
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan perintah evakuasi bisa menjadi taktik untuk memicu serangan yang lebih luas.
"Untuk mengatakannya dengan sangat jelas, Ukraina tidak memberikan alasan untuk evakuasi yang diperintahkan kemarin," katanya.
“Itu fakta di lapangan. Kita tidak boleh membiarkan alasan perang dibangun berdasarkan omong kosong.”
Presiden AS Joe Biden, Jumat malam mengatakan, berdasarkan intelijen Amerika terbaru, dia sekarang "yakin" Putin sudah memutuskan untuk menyerang Ukraina dan menyerang ibu kota Kiev.
“Sampai saat ini, saya yakin dia membuat keputusan,” kata Biden.
"Kami punya alasan untuk percaya itu." Dia menegaskan serangan itu bisa terjadi dalam “beberapa hari mendatang.”
Sementara itu, Rusia melakukan latihan nuklir besar-besaran pada Sabtu. Kremlin mengatakan Putin memantau latihan kesiapan nuklir strategis Rusia itu bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dari ruang situasi Kementerian Pertahanan Rusia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press