> >

Putin Bersedia Kompromi dengan Barat Usai Berdiskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron

Kompas dunia | 8 Februari 2022, 13:33 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia berkompromi dengan Barat terkait ketegangan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, usai berdiskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow. (Sumber: France24)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia berkompromi dengan Barat terkait ketegangan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Hal itu dikatakan Putin usai bertemu dan berdiskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron hari Senin, (7/2/2022).

Macron saat ini bertolak ke Kyiv, Ukraina untuk berbicara dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, seperti dilansir France24, Selasa, (8/2/2022).

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan beberapa proposal yang diajukan oleh timpalannya dari Prancis Emmanuel Macron pada pembicaraan pada Senin (7/2/2022) dapat menjadi dasar untuk bergerak maju dalam krisis di Ukraina.

"Sejumlah ide, proposal ... mungkin menjadi dasar untuk melangkah lebih lanjut," kata Putin setelah lebih dari lima jam berbicara dengan Macron di Kremlin.

Dalam pembicaraan dengan Macron itu Putin menyatakan,"Kami akan melakukan segalanya untuk menemukan kompromi yang cocok untuk semua orang."

Dia tidak memberikan perincian apa pun tetapi mengatakan kedua pemimpin akan berbicara melalui telepon setelah Macron bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Selasa, (8/2/2022)

Putin mengatakan dia berterima kasih kepada Macron atas upayanya untuk menyelesaikan krisis keamanan.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Macron atas upaya yang dilakukan Prancis untuk menyelesaikan masalah akut hubungan kami dengan NATO, untuk menciptakan stabilitas di benua Eropa, untuk menyelesaikan krisis di tenggara Ukraina," kata Putin.

Baca Juga: Temui Putin, Macron Upayakan Cegah Operasi Militer Rusia ke Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia berkompromi dengan Barat terkait ketegangan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, usai berdiskusi dengan presiden Prancis Emanuele Macron di Moskow (Sumber: The Moscow Times/TASS)

Presiden Rusia membantah negaranya bertindak agresif terhadap Ukraina atau Barat. "Bukan kami yang bergerak menuju perbatasan NATO," katanya.

Jika Ukraina bergabung dengan blok militer Barat, Rusia bisa tersedot ke dalam konflik dengan negara-negara Eropa, tambahnya. "Apakah Anda ingin Prancis berperang dengan Rusia?" kata Putin.

Pemimpin Rusia itu mengatakan pihak berwenang Ukraina yang harus disalahkan atas konflik yang berlanjut di timur negara itu.

"Kyiv masih menolak setiap kesempatan untuk pemulihan secara damai integritas teritorialnya," kata Putin.

Macron terbang ke Moskow hari Senin, dalam diplomasi intens yang bertujuan meredakan kekhawatiran akan invasi Rusia terhadap tetangganya yang pro-Barat.

Dengan puluhan ribu tentara Rusia berkemah di dekat perbatasan Ukraina, Macron adalah pemimpin top Barat pertama yang bertemu dengan Putin sejak krisis dimulai pada bulan Desember.

Ukraina, bekas bagian Uni Soviet, sebelumnya menyatakan keinginan untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Barat dan menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO. 

Putin mengeluhkan perluasan NATO ke arah timur setelah berakhirnya Perang Dingin telah merusak keamanan Rusia.

Baca Juga: Jika Rusia Serang Ukraina, PM Inggris: Sanksi Inggris Sudah Menunggu

Peta penggelaran pasukan Rusia di sekitar perbatasan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia berkompromi dengan Barat terkait ketegangan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, usai berdiskusi dengan presiden Prancis Emanuele Macron di Moskow (Sumber: France24)

Pemimpin Rusia itu mengatakan Ukraina harus disalahkan atas konflik yang berlanjut di timur negara itu, rumah bagi kantong-kantong pro-Rusia yang memisahkan diri dan dalam prosesnya bertempur sengit dengan pasukan Ukraina.

Di Washington, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Putin dia akan "mengakhiri" pipa gas Nord Stream 2 baru yang kontroversial dari Rusia ke Eropa jika Moskow mengirim pasukan melintasi perbatasan Ukraina seperti yang dilakukannya selama pencaplokan Krimea tahun 2014.

“Jika Rusia menyerang, itu berarti tank atau pasukan melintasi perbatasan Ukraina, maka tidak akan ada lagi Nord Stream 2,” kata Biden pada konferensi pers bersama Gedung Putih dengan Scholz pada hari Senin.

"Saya berjanji," kata Biden, "kami akan mengakhirinya."

Deklarasi Biden adalah yang paling blak-blakan sejauh ini tentang nasib pipa besar, yang selesai tetapi belum mulai menyalurkan gas alam ke Jerman, mengikat Eropa yang haus energi semakin dekat dengan Rusia.

Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang menemui Joe Biden tidak berbicara langsung dan hanya mengatakan Berlin "bersatu" dengan Washington, tetapi menolak menyebutkan nama pipa itu.

Scholz sendiri akan berada di Moskow dan Kyiv minggu depan untuk melakukan pembicaraan dengan Putin dan Zelensky.

Rusia menegaskan tidak memiliki rencana untuk menyerang dan malah mengajukan tuntutannya sendiri untuk jaminan keamanan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Straits Times/France24


TERBARU