PBB: 1,6 Juta Pekerjaan Hilang di Myanmar Tahun 2021, Dampak Kudeta Militer dan Pandemi Covid-19
Kompas dunia | 28 Januari 2022, 18:29 WIBBANGKOK, KOMPAS.TV — Organisasi Perburuhan Internasional ILO, yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa sekitar 1,6 juta pekerjaan hilang di Myanmar pada 2021.
Di antaranya termasuk kaum perempuan menderita kemunduran terburuk karena pekerjaan di pabrik, pariwisata dan konstruksi berkurang di tengah pandemi, serta kudeta militer, seperti dilaporkan Associated Press, Jumat (28/1/2022).
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada Jumat (28/1/2022), ILO mengatakan, Myanmar menghadapi “krisis kemanusiaan multi-dimensi” karena gejolak politik, kekerasan, ketidakamanan dan pengungsian menumpuk di atas masalah dari pandemi virus corona.
Pekerjaan yang hilang, yang mencakup pekerjaan formal dan informal, berjumlah sekitar 8 persen dari semua pekerjaan.
Banyak orang berhenti bekerja setelah militer merebut kekuasaan pada 1 Februari, menggulingkan pemerintah terpilih negara itu.
Ekonomi Myanmar diperkirakan mengalami kontraksi sekitar 18 persen tahun lalu.
ILO mengatakan, banyak buruh beralih ke pekerjaan bergaji rendah atau pekerjaan pertanian, sementara kondisi di pabrik-pabrik memburuk karena pemerintahan militer menindak pengorganisasian buruh.
Sekitar setengah dari semua orang dewasa di Myanmar bekerja di sektor pertanian dan sektor tersebut mengalami penurunan ekspor, harga yang lebih rendah, akses yang terganggu ke kredit karena masalah yang lebih luas di sektor keuangan karena kudeta, dan banjir, kata laporan itu.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia-Singapura Setuju Bantuan Kemanusiaan Bagi Rakyat Myanmar Diberi Tanpa Diskriminasi
Petani juga menderita akibat konflik bersenjata, ketika pasukan keamanan menggempur organisasi etnis bersenjata dan anggota oposisi politik di tengah perlawanan publik yang meluas terhadap kudeta militer.
Laporan tersebut memperkirakan hampir sepertiga, atau sekitar 350.000 pekerjaan konstruksi lenyap karena investor menangguhkan atau membatalkan proyek.
Sekitar 80.000 pekerjaan bidang pariwisata dan perhotelan juga hilang karena hotel ditutup dan negara itu ditutup untuk sebagian besar perjalanan karena pandemi Covid-19
Sebagian besar pekerjaan itu dipegang oleh perempuan, kata ILO.
Begitu juga sebagian besar dari 220.000 pekerjaan yang diperkirakan hilang di bidang manufaktur garmen, salah satu peluang yang tumbuh paling cepat untuk pekerjaan perempuan sebelum pandemi dan pengambilalihan militer.
Krisis telah “membalikkan kemajuan bertahun-tahun di pasar tenaga kerja dan, jika tidak ditangani, akan terus memperlebar kesenjangan dalam pekerjaan yang layak terutama bagi pekerja dan bisnis yang paling rentan,” katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Associated Press