> >

Kisah Petinju-petinju Perempuan Irak yang Bertekad Pukul Jatuh Tabu Gender di Negaranya

Kompas dunia | 6 Januari 2022, 15:30 WIB
Bushra al-Hajjar, seorang instruktur tinju perempuan Irak berusia 35 tahun, tampak sedang berlatih di Najaf, Irak (Sumber: France24/Qasseem al Kaabi via AFP)

"Ada banyak permintaan dari perempuan yang ingin bergabung," katanya, seraya menambahkan Irak sekarang memiliki sekitar 20 klub tinju perempuan.

Lebih dari 100 petinju perempuan berkompetisi di turnamen yang digelar setiap bulan Desember, di semua kategori, tambah Ali Taklif.

Tetapi "seperti olahraga lainnya (di Irak), disiplin olah raga ini mengalami kekurangan infrastruktur, fasilitas pelatihan dan peralatan".

Baca Juga: Partai Pemimpin Syiah Muqtada al-Sadr Menang Pemilu Irak

Petinju perempuan berusia muda Hajer Ghazi bersiap untuk kompetisi tinju internasional di kota Amarah; di masa lalu, Irak memiliki tradisi bangga dengan wanita yang berkompetisi di turnamen olahraga regional (Sumber: France24/Asaad Niazi via AFP)

Dari Ayah ke Anak Perempuan
Di masa lalu, Irak memiliki tradisi membanggakan perempuan dalam olahraga, terutama pada 1970-an dan 1980-an.

Baik dalam bola basket, bola voli, atau bersepeda, tim putri secara teratur mengambil bagian dalam turnamen regional.

Namun sanksi, konflik puluhan tahun, dan pengerasan nilai-nilai sosial konservatif membuat era ini berakhir, dengan hanya sebagian besar wilayah otonomi Kurdistan di Irak utara yang terhindar.

Ada upaya balik arah yang malu-malu dalam beberapa tahun terakhir, dengan perempuan mengambil peran di berbagai olahraga, juga termasuk kickboxing.

Bagi Hajer Ghazi, yang memenangkan medali perak pada bulan Desember pada usia 13 tahun, tinju mendarah daging dalam keluarga.

Ayahnya adalah seorang petinju profesional veteran yang mendorong anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya. Baik saudara perempuan dan kakak laki-lakinya Ali juga petinju.

Baca Juga: 30 Tewas dan Puluhan Terluka pada Serangan Bom di Pasar Pinggiran Baghdad

Petinju muda perempuan, Hajer Ghazi, berpose dengan medali emas yang dia raih. Hajer adalah bagian dari gerakan perempuan dan anak gadis yang mengambil peran di berbagai olahraga, juga termasuk tinju dan kickboxing (Sumber: France24/Asaad Niazi via AFP)

"Ayah mendukung kami lebih dari yang dilakukan negara," kata Ali di kampung halaman mereka di Amara di barat daya Irak.

Sang ayah, Hassanein Ghazi, adalah seorang pengemudi truk berusia 55 tahun yang memenangkan beberapa medali di masa jayanya. Ghazi menegaskan, "Perempuan memiliki hak untuk berolahraga, itu normal."

Dia mengakui "kepekaan" tertentu tetap ada, terkait dengan nilai-nilai kesukuan tradisional.

Sebagai contoh, dia menunjukkan "ketika pelatih ingin mereka berlari, sang pelatih akan membawa mereka ke pinggiran kota," jauh dari terlalu banyak penonton.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU