> >

China Sebut Amerika Serikat Biang Keladi Krisis Nuklir Iran

Kompas dunia | 25 Desember 2021, 14:55 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Jumat (24/12/2021), menyebut Amerika Serikat sebagai biang keladi terjadinya krisis nuklir Iran. Beijing pun meminta Washington mencabut seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran. (Sumber: AP Photo )

BEIJING, KOMPAS.TV - China menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai biang keladi terjadinya krisis nuklir Iran. Beijing pun meminta Washington mencabut seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran.

"Saya ingin kembali menegaskan, sebagai biang keladi krisis nuklir Iran, AS harus merombak kebijakan 'tekanan maksimum' yang keliru terhadap Iran, dan mencabut seluruh sanksi ilegal terhadap Iran," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam konferensi pers rutin di Beijing, Jumat (24/12/2021), seperti dikutip dari laman Kedutaan Besar China di AS.

"Atas dasar ini, Iran harus melanjutkan kepatuhan sepenuhnya," imbuhnya.

Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) antara Iran dan negara-negara P4+1 akan kembali dilanjutkan di Wina, Austria, pada Senin (27/12/2021) pekan depan.

Baca Juga: Israel Sesumbar Yakin akan Sukses Serang Fasilitas Nuklir Iran

JCPOA terbentuk pada 14 Juli 2015 dan ditandatangani oleh Iran, P5+1 (lima anggota permanen Dewan Keamanan PBB yaitu AS, China, Inggris, Prancis, Rusia, ditambah Jerman), bersama Uni Eropa.

JCPOA menawarkan kepada Iran pelonggaran sanksi sebagai imbal balik dari pengekangan program nuklirnya.

Namun pada Mei 2018, Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump menarik diri secara sepihak dari JCPOA, dan kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Langkah Trump tersebut dibalas Teheran dengan melanjutkan aktivitas nuklirnya. Akibatnya, JCPOA nyaris kolaps.

Baca Juga: Iran Peringatkan Israel agar Tak Coba-Coba Serang Fasilitas Nuklir dan Militernya

Negosiasi untuk menghidupkan kembali JCPOA dimulai kembali pada November lalu setelah terhenti selama lima bulan.

Perundingan kali ini dihadiri para perwakilan Iran, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Inggris. Sementara AS berpartisipasi secara tidak langsung.

"Perundingan Wina akan dilanjutkan pada Senin 27 Desember. Komisi Bersama JCPOA akan bertemu untuk membahas dan mendefinisikan jalan ke depan," kata Enrique Mora, diplomat Uni Eropa, di akun Twitter-nya pada Kamis (23/12/2021).

"Penting untuk meningkatkan kecepatan pada masalah-masalah luar biasa dan bergerak ke depan, bekerja secara dekat dengan AS. Selamat datang di putaran kedelapan."

Baca Juga: China Kecam UU AS soal Larangan Impor dari Xinjiang yang Baru Diteken Biden

Sementara China menyambut baik dimulainya perundingan putaran kedelapan pada Senin mendatang.

"Kami berharap seluruh pihak akan mengadopsi sikap serius, fokus pada isu-isu luar biasa, dan terus memajukan negosiasi untuk meraih hasil cepat," tegas Zhao.

Iran menegaskan, pihaknya ingin seluruh sanksi yang dijatuhkan sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" oleh AS, dicabut.

Namun, negara-negara Barat menganggap tuntutan Iran itu berlebihan.

Baca Juga: China Larang Warga Asing Sebarkan Konten Keagamaan secara Online, Ini Alasannya

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU