Amerika Serikat Izinkan Suntikan Ketiga Vaksin Covid-19 untuk Usia 18 tahun ke Atas
Kompas dunia | 20 November 2021, 01:05 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat resmi memberi izin untuk vaksinasi tambahan Covid-19 atau booster bagi semua orang berusia 18 tahun ke atas menggunakan vaksin buatan Pfizer dan Moderna.
Amerika Serikat adalah negara yang paling terpukul di dunia dari sisi jumlah korban Covid-19. Saat ini Amerika menyongsong musim dingin dan bersiap menghadapi gelombang baru pandemi Covid-19.
Suntikan tambahan vaksin Covid-19 sebelumnya hanya untuk mereka yang memiliki gangguan imunitas tubuh, berusia di atas 65 tahun, yang berisiko tinggi terkena penyakit parah, serta mereka dengan pekerjaan berisiko tinggi untuk terinfeksi Covid-19.
"Keputusan tersebut membantu memberikan perlindungan berkelanjutan terhadap Covid-19, termasuk konsekuensi serius yang dapat terjadi, seperti rawat inap dan kematian," kata komisaris FDA Janet Woodcock dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Straits Times yang mengutip AFP, Jumat (19/11/2021).
"Otorisasi penggunaan darurat ini datang pada saat yang kritis ketika kita (Amerika Serikat) memasuki bulan-bulan musim dingin dan menghadapi peningkatan jumlah kasus Covid-19 dan rawat inap di seluruh negeri," tambah CEO Moderna Stephane Bancel.
Badan Pengatur Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan keputusannya didasarkan pada data respons imun yang kuat dari ratusan orang yang diberi dua kali suntikan vaksin Covid-19.
Pfizer juga melakukan uji klinis yang melibatkan 10.000 orang berusia di atas 16 tahun. Uji klinis itu menemukan bahwa suntikan tambahan vaksin Covid-19 menunjukkan kemanjuran lebih dari 95 persen terhadap infeksi bergejala dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima booster atau suntikan tambahan.
Baca Juga: Infeksi Covid-19 Meningkat, Prancis Gencarkan Vaksinasi Booster
Studi ini tidak dikutip oleh FDA dalam pembuatan keputusan, namun studi ini dapat menunjukkan bahwa vaksin Pfizer bekerja paling baik sebagai suntikan tiga dosis, di mana interval waktu tiga minggu antara dosis pertama dan kedua tidak pernah cukup lama untuk menginduksi respons imun terbaik.
Kedua vaksin Covid-19 itu, buatan Pfizer dan Moderna, akan dapat diakses sebagai suntikan ketiga setelah seseorang melewati waktu enam bulan sejak suntikan kedua vaksin Covid19.
Vaksin Pfizer diberi dosis 30 mikrogram, sama dengan suntikan primer, sedangkan vaksin Moderna 50 mikrogram, setengah dari suntikan primer.
Orang yang menerima vaksin satu dosis Johnson & Johnson sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan tambahan, dua bulan setelah suntikan pertama mereka.
Keputusan ini muncul saat kasus infeksi baru Covid-19 mengalami peningkatan secara nasional di Amerika Serikat, yang menurut data terbaru mencapai rata-rata 88.000 infeksi baru per hari, saat negara itu memasuki gelombang kelima.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) akan menggelar pertemuan hari Jumat malam waktu Amerika Seriakt untuk membahas rekomendasi klinis tentang siapa saat ini yang harus segera mencari menjalani suntikan ketiga vaksin Covid-19.
Pertemuan itu harus memberikan wawasan yang lebih besar bagi pemikiran para penasihat federal terkemuka, beberapa di antaranya pernah menyatakan keraguan mereka tentang suntikan ketiga vaksin Covid-19.
Baca Juga: AS Umumkan Akan Produksi 1 Miliar Dosis Vaksin Covid-19 mRNA Setiap Tahun
Tentang suntikan ketiga vaksin Covid-19, para pengkritik melihat sebagian besar dari mereka yang dirawat di rumah sakit atau sekarat karena Covid-19 ternyata tidak atau belum menjalani vaksinasi. Sehingga, cara terbaik mengendalikan gelombang Covid-19 pada musim dingin ini adalah dengan menjangkau mereka yang belum mendapat vaksinasi Covid-19, daripada menebalkan suntikan vaksin bagi mereka yang sudah mendapat vaksinasi penuh.
Risiko lain dari suntikan ketiga adalah lebih banyak kasus peradangan jantung terkait vaksin (miokarditis), terutama di kalangan pria yang lebih muda.
Kedua perusahaan sedang melakukan studi pasca otorisasi untuk menilai dan mengukur risiko miokarditis.
Para ahli sepakat booster saja tidak dapat menyelesaikan pandemi, sementara negara-negara termiskin, terutama di Afrika, tetap terjebak situasi kelangkaan vaksin sehingga rakyat mereka yang menjalani vaksinasi masih sangat jauh dari memadai.
Pekan lalu, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam fakta bahwa negara-negara kaya memberikan dosis vaksin enam kali lebih banyak setiap hari daripada negara-negara berpenghasilan rendah yang berjuang memberi suntikan pertama dan kedua vaksin Covid-19 bagi rakyat mereka.
Hal ini meningkatkan risiko munculnya varian baru yang menjadi perhatian di wilayah tersebut. Pada akhirnya bisa meruntuhkan seluruh upaya pembentukan kekebalan manusia dari virus tersebut, karena varian baru bisa saja menembus pertahanan yang dibentuk oleh vaksin yang tersedia saat ini.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Straits Times via AFP